Pendeta H.N. Widi Susabda menyampaikan, basuh kaki dilaksanakan usai upacara kebaktian. Selanjutnya, para jemaat yang hadir dibagi menjadi dua kelompok, laki-laki dan perempuan. Kemudian, saling bergantian membasuh kaki sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.
“Ibadah Kamis putih kali ini adalah upaya kita untuk meneladani Kristus. Ia telah mencontohkan dengan merendahkan diri dan mengasihi. Maka sudah menjadi tugas kita untuk menauladani dan saling melayani antar sesama,” ujar Pendeta Widi, Kamis malam, 18 April 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pendeta Danang Kristiawan menambahkan, basuh kaki sudah dilaksanakan sejak 2007. Basuh Kaki merupakan upaya untuk menggali kembali kebiasaan lama yang dilakukan oleh Yesus Kristus, pada masanya. Disamping basuh kaki, pihaknya juga menggagas agar para jemaat berdonasi.
“Melalui yang namanya Puasa Paskah kami mengajak jemaat untuk berderma. Mengurangi jatah makan, kemudian uang jatah makan itu, dikumpulkan untuk membantu jemaat lain yang sedang kesusahan,” ungkap Pendeta Danang.
Terkait makna basuh kaki, Pendeta Danang menyebut hal itu sesuai dengan ajaran Yesus, untuk mencintai sesama.
“Bukan hanya merangkul yang mencintai kita, tapi juga merangkul orang yang membenci kita. Itulah inti dari ajaran Yesus,” tandas Pendeta Danang.
Seorang jemaat GITJ Jepara, Febby Intan Puspita mengatakan, tradisi basuh kaki merupakan upaya untuk saling melayani antar jemaat. Terlebih lagi setelah pemilu.
“Basuh kaki menurut saya adalah ajaran untuk tak memandang siapapun orangnya kita harus merendahkan diri dan saling melayani. Apalagi habis pemilu ini kan banyak yang saling kontra, harapannya pasca pemungutan suara kita bisa lebih damai dan besatu dengan beraneka ragam budaya,” kata Febby.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)