Salah satunya Joko Pramono. Joko menanggap sosialisasi zonasi diberikan dalam waktu yang singkat juga kurang gencar.
"Mau ujian itu baru tahu, harusnya sejak lama sekali biar bisa diarahkan," tutur dia kepada wartawan, Selasa, 3 Juli 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia menuturkan, sudah sejak lama putranya menginginkan bersekolah di SMP favorit. Namun dengan diberlakukannya sistem zonasi, putranya hanya bisa mendaftar ke SMP terdekat dengan domisili.
Joko melanjutkan, sekalipun si anak kecewa. Namun ada nilai positif dari penerapan zonasi. Pengawasan menjadi lebih mudah dilakukan, lantaran sekolah dekat dengan rumah.
Diberlakukannya sistem zonasi tahun ini berdampak pada membeludaknya jumlah pendaftar di hari pertama. Ketua Panitia PPDB SMP 6 Solo, Jawa Tengah, Rusmiyati membenarkan hal tersebut.
Rusmiyati mengungkap, jumlah pendaftar pada hari pertama hanya mencapai 50 orang pada tahun lalu. Sedangkan setelah diberlakukan sistem zonasi, pendaftar mencapai 175 orang di hari pertama.
"Kami sampai harus membuka tujuh kelas untuk pendaftaran di hari pertama," katanya.
Rusmiyati mengungkapkan, sistem zonasi memudahkan orang tua menentukan pilihan sekolah yang sesuai dengan zona wilayah. Sehingga kebanyakan mereka langsung mendaftar di hari pertama.
Ia tidak menampik bahwa masih banyak orang tua pendaftar yang membutuhkan penjelasan mengenai sistem zonasi ini. Masih banyak orang tua pendaftar yang bertanya karena belum sepenuhnya paham mengenai sistem zonasi.
"Selain melayani pertanyaan, kami juga menempelkan informasi pada sejumlah papan. Isinya mengenai informasi lengkap PPDB tahun ini," papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)
