"Saya berharap Ba'asyir agak berlapang dada. Dia hidup di negara kita harus tunduk pada konstitusi," ujar Buya Syafii di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat, 25 Januari 2019.
Baca: Ba'asyir Menolak Deradikalisasi
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Buya mengetahui Ba'asyir menolak NKRI dan Pancasila sejak tahun 1980-an. Ba'asyir kemudian menjadi tahanan akibat menjadi salah satu aktor pelaku peledakan bom Bali. Ba'asyir juga ditahan karena dianggap membidani gerakan radikal Al Qaeda di Aceh.
Menurut Buya, menjadi sebuah permasalahan karena Ba'asyir tak mau menerima pendapat orang lain. "Dia merasa benar sendiri. Semestinya di negara Pancasila dia harus terima dong. Apa keberatannya tanda tangan itu. Kecuali dia tak tinggal di sini," kata mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
Buya mengakui posisi pemerintah cukup dilematis menyikapi sikap Ba'asyir. Selain masih sebagai tahanan, lelaki 80 tahun itu juga dalam kondisi sakit.
Dengan usia yang sudah tua, Buya menyatakan harus ada sebuah solusi untuk masalah itu. Buya mengaku tak bisa memberikan gambaran solusi dalam situasi tersebut.
"Harus ada solusi. Cuma yang ditakutkan dia ini biasa saja, kalau dia nanti meninggal di penjara kalau pengikutnya ngamuk. Ada juga tokoh radikal yang meninggal di penjara," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)