Daniel menggambarkan Singapura memiliki lahan seluas kurang lebih 71.990 hektare. Dalam setahun, Indonesia kehilangan lahan mangrove seluas 52 ribu hektare, yang artinya 75 persen dari luas Singapura. Dalam kurun dua tahun, lahan mangrove yang hilang lebih luas ketimbang wilayah daratan Singapura.
Padahal, ungkap Daniel, luas hutan mangrove di Indonesia pada 1980 yaitu 4,2 juta hektare. Kini, yang tersisa hanya 3 juta hektare.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Jadi, terjadi deforestasi yang tinggi sekali," kata Daniel dalam sebuah pertemuan di Bantul, DI Yogyakarta, Selasa 8 Mei 2018.
Penyebabnya beragam, mulai dari kemunculan industri pariwisata hingga keberadaan tambak udang. Namun, ujar Daniel, tambak udang merupakan penyebab dominan terhadap ekrusakan mangrove. Selain merusak mangrove, penambakan juga mengakibatkan tanah tidak subur.
“Tambak menghilangkan pohon sekaligus akar mangrove. Deforestasi sebanyak 52 ribu hektar pertahun, artinya kita kehilangan sekitar 200 juta ton CO2. Itu emisi pertahun dari pertambakan,” jelasnya.
Dalam catatannya, 10 negara yang mengalami kerusakan mangrove dalam skala besar pada umumnya menjadi eksportir udang. Misalnya, Bangladesh, Myanmar, Malaysia, Kamboja, dan Republik Dominica. Sementara itu, Thailand dan Vietnam yang kini masih menjadi eksportir udang menunjukkan laju deforestasi rendah karena sudah tidak ada lagi kawasan mangrove yang dideforestasikan.
Daniel juga mengungkapkan, tanaman mangrove memiliki manfaat besar dalam mitigasi perubahan iklim. Sebab, tanaman mangrove bisa tiga kali lipat menyerap karbon. "Mangrove bisa menyerap dan bisa menyimpan (karbon), tidak seperti (tanaman) hutan alam di daratan atau literal," ujarnya.
Menurut Daniel, tanaman mangrove kebanyakan tidak besar, namun memiliki produktivitas dalam menghasilkan biomassa. Biomassa tanaman mangrove ini berupa serasah atau daun kering yang rontok dalam jumlah besar dan kemudian disimpan di dalam tanah. Proses penyimpanan biomassa ini dibantu kepiting-kepiting yang hidup di sekitar tanaman Mangrove.
Batang tanaman mangrove kebanyakan tidak panjang. Daniel memperkirakan, panjang batang tanaman mangrove yang paling panjang hanya sekitar 30 meter. Itupun tergantung spesies tanamannya. Rata-rata, panjang batang tanaman mangrove hanya belasan meter.
Selain itu, ia melanjutkan, tanaman mangrove juga bisa menghasilkan 1000-1500 ton karbon perhektar. Bahkan, ia pernah menemukan, produksi karbon tanaman mangrove di Papua mencapai 1650 ton per hektar. Paling kecil produksi kabon tanaman mangrove ada di kawasan Cilacap, Jawa Tengah, yakni 600an ton per hektar. “(Produksi karbon tanaman mangrove) tergantung pohonnya,” tutur alumnus Institut Peranian Bogor ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)