Sebuah mobil jip beroperasi dalam kegiatan tur di lereng Gunung Merapi, Rabu, 20 Juni 2018. Medcom.id/Mustaqim
Sebuah mobil jip beroperasi dalam kegiatan tur di lereng Gunung Merapi, Rabu, 20 Juni 2018. Medcom.id/Mustaqim (Ahmad Mustaqim)

Asal Muasal Wisata Jip Gunung Merapi

kecelakaan
Ahmad Mustaqim • 21 Juni 2018 21:05
Sleman: Wisata Jip Lava Tour Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mulai muncul sekitar 2011. Embrio wisata jip ini berasal dari kegiatan mencari sensasi di lereng Gunung Merapi memakai sepeda motor trail.
 
"Pasca erupsi Merapi 2010 itu dulu memakai motor trail untuk menjangkau lokasi yang sulit di lereng Gunung Merapi. Warga dulu punya 56 trail waktu itu," ujar Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Timur, Bambang Sugeng saat dihubungi Medcom.id, Kamis, 21 Juni 2018.
 
Perlahan, kegiatan ini banyak menarik minat orang. Kemudian muncul penggunaan mobil Jeep untuk melihat kawasan di bekas terjadinya erupsi besar Gunung Merapi 2010.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dalam perjalanan, wisata ini terus menggeliat. Hingga kini, ada sekitar 700-800 unit Jeep yang dikelola oleh 29 komunitas.
 
Baca: Jeep Lava Tour Pekerjakan Sopir 'Tembak'
 
Bagi wisatawan yang hendak wisata, ada tiga kategori, mulai dari kategori short, medium, dan long. Untuk kategori short dikenai ini tarif Rp350 ribu dengan rute melewati museum bekas rumah yang terkena erupsi Gunung Merapi, Batu Alien, dan bungker.
 
Untuk kategori medium, dengan tarif Rp450 ribu meliputi obyek sama dengan kategori short, namun ditambah antara petilasan Mbah Marijan (mantan juru kunci Gunung Merapi) atau wisata air. "Lalu yang kategori long tarifnya Rp550 ribu meliputi semua titik yang ada di kategori short dan medium," ujar Bambang.
 
Ia menilai, wisata jip tersebut menjadi salah satu sumber perekonomian warga. Ia menyebut ada sekitar 4.000 warga sekitar yang merasakan dampak dari wisata itu. Mulai dari yang sebagai sopir, tukang parkir, penjual BBM eceran, bengkel, hingga tukang foto.
 
Baca: Sultan Setuju Wisata Jip di Merapi Dihentikan Sementara
 
Untuk sopir, penghasilannya sekitar Rp50 ribu-Rp60 ribu per hari untuk hari biasa. Saat kondisi ramai wisatawan, sehari bisa mendulang hingga Rp200 ribu lebih.
 
"Bisa dikatakan wilayah timur itu Kaliadem, Kepuharjo dan sebagainya, dan barat wilayah Kaliurang dan Boyong. Banyak warga yang menggantungkan perekonomiannya. Ibarat ada 700 jip, hampir sama seperti dengan 700 kantor," ucapnya.
 
Untuk standar keamanan operasi, ia menambahkan, itu tergantung pada masing-masing komunitas. Mulai dari persiapan dan pengecekan kendaraan, hingga si pengemudi yang harus siap sekaligus menjadi guide.
 
Guide ini berperan menjelaskan seputar lingkungan di lereng Gunung Merapi yang dilintasi saat wisata memakai mobil Jeep.
 
"Terutama yang guide yang senior memang bisa memberikan informasi seputar merapi. Lalu untuk jumlah penumpang jip standar empat orang. Maksimal lima untuk yang berpostur kecil. Mungkin soal ini nanti akan kita perbaiki," ujarnya.
 
Baca: Pengemudi Jip di Lereng Merapi Jadi Tersangka
 
Wisata Jip Lava Tour Gunung Merapi telah mengalami dua kali kecelakaan selama 2018. Pertama terjadi pada pada 7 Januari 2018. Seorang wisatawan meninggal dalam peristiwa itu. Peristiwa serupa terjadi pada Selasa, 19 Juni 2018, dan juga menyebabkan seorang wisatawan asal Bogor, Jawa Barat tewas.
 
Seorang sopir dalam kedua kecelakaan itu menjadi tersangka. Sementara, jajaran pemerintah Sleman tengah menggiatkan operasi untuk memantau kelayakan mobil-mobil jip yang digunakan untuk wisata.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SUR)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif