Suasana di depan kantor BUMDes Panggunglestari Desa Panggungharjo, Sewon Bantul, Medcom.id - Mustaqim
Suasana di depan kantor BUMDes Panggunglestari Desa Panggungharjo, Sewon Bantul, Medcom.id - Mustaqim (Ahmad Mustaqim)

Tumbuh Kembang BUMDes setelah Dapat Dana Desa

4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK
Ahmad Mustaqim • 18 Oktober 2018 16:34
Bantul: Kesibukan tampak di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Panggunglestari, Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Kesibukan ekonomi di BUMDes tak lepas dari suntikan Dana Desa sejak 2015.
 
Pantauan Medcom.id, Sabtu, 29 September 2018, puluhan pekerja sibuk mengurusi pelanggan. Ada yang meladeni pembelian minyak goreng, produksi pupuk, hingga fokus mengurusi kas.
 
Direktur BUMDes Panggunglestari Eko Pambudi bertutur badan usaha itu berdiri pada 2013. Pendiriannya berdasarkan Peraturan Desa Nomor 7 Tahun 2013. Semula, BUMDes dibuat untuk mengelola sampah menjadi produk bernilai ekonomi. Modal awalnya Rp37 juta dengan dikelola sepenuhnya oleh warga.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Lalu, dasar BUMDes Panggunglestari berubah sesuai Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang diterbitkan pemerintah. BUMDes kemudian berkembang dengan suntikan moda dari Dana Desa sebesar Rp250 juta.
 
"Dana ini diberikan Pemdes dua kali, tahun 2015 dan 2016," kata Eko kepada Medcom.id.
 
Suntikan dana membuat BUMDes berkembang. Tiga unit usaha baru didirikan, yaitu pengelolaan limbah rumah tangga minyak goreng bekas, membuka agro pertanian, dan swalayan desa (swadesa).
 
Pengolahan minyak goreng bekas dilakukan dengan sistem filterasi atau tiga kali penyaringan. Sistem penyaringan ini menentukan tingkat kejernihan dari partikel residu untuk menjadi bahan campuran solar.
 
Panggungharjo bekerja sama dengan perusahaan multinasional sejak 2016 untuk menyuplai kebutuhan minyak goreng bekas yang terfilterisasi. Dalam sebulan, lanjut Eko, BUMDes memproduksi kurang lebih Rp10 ribu liter minyak.
 
"Kami juga mengolah tamano oil atau minyak untuk campuran kosmetik. Per 10 mililiter sekitar 11-15 dolar AS. Produksi per bulan kami sekitar 1.200 liter," kata dia.
 
Pada unit usaha agro pertanian, BUMDes Panggunglestari memproduksi pupuk organik cair dan padat. Pupuk organik tersebut digunakan sebagai percontohan untuk mengolah lahan kas desa seluas dua hektar. Menurut Eko, masyarakat Desa Panggungharjo masih lebih memiliki pupuk kimia dibanding organik.
 
Dari hasil pertanian di lahan kas desa itu dijual lewat kelompok PKK sebagai upaya menyosialisasikan pola hidup sehat. "Untuk itu kami jual produk turunannya, yakni beras. Kalau sudah membuktikan, saya yakin petani akan ikut," kata dia.
 
Sementara, unit usaha swadesa ini berupa booth di rest area rumah makan Numani di Jalan Parangtritis yang bisa gratis digunakan untuk berjualan bagi warga. Warga menggunakan booth tersebut untuk berjualan oleh-oleh cindera mata. Warga diminta berbagi untuk jika sudah mendapat keuntungan dari yang dijualbelikan.
 
Sementara, unit usaha kelima yakni Kampung Mataraman. Kampung Mataraman menyajikan tempat makan dengan desain era abad kejayaan kerajaan Mataram. Menu yang disajikan menu makanan desa yang diolah tanpa bahan pengawet.
 
"Jadi di BUMDes ini Pemdes hanya melakukan penyertaan modal pada awal pendiriannya. Omzet BUMDes dari Januari hingga September sudah lebih dari Rp3 miliar. 40 persen keuntungan disetor jadi APBDes, 30 persen jadi modal, 25 persen bonus manajemen, dan 5 persen untuk CSR BUMDes," katanya.
 
Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro menuturkan dana desa yang diperoleh sejak 2015 hingga sekarang mengalami peningkatan. Mulai 2015 sebesar Rp368,9 juta, 2016 (Rp871,6 juta), dan 2017 Rp1,1 miliar.
 
Menurutnya, sebagian dana desa anggaran 2015 lebih banyak untuk infrastruktur. Tahun berikutnya dilakukan penyertaan modal untuk BUMDes. "Seluruh anggaran dana desa, termasuk APBDes kami unggah dan bisa dipantau di panggungharjo.desa.id," katanya.
 
Ia menambahkan, Dana Desa Panggungharjo saat ini sebagian berganti digunakan untuk pemberdayaan masyarakat dan membuat fasilitas umum, termasuk untuk difabel. Presentasenya 60 persen pembangunan dan 40 persen untuk pemberdayaan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif