Kepala Unit Analisa dan prakiraan cuaca Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakaeta, Sigit Hadi Prakosa, menjelaskan suhu udara yang semakin dingin disebabkan adanya embusan angin Monsoon dari Australia ke Asia. Angin ini membawa massa udara dingin.
"Bulan Juni itu angin Monsoon melewati Pulau Jawa. Jadi suhu udara di Yogyakarta ikut turun," kata Sigit di Yogyakarta, Sabtu 22 Juni 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain itu Yogyakarta juga tengah masuk ke musim kemarau. Saat musim kemarau langit cerah dan tutupan awan relatif sedikit. Hal ini membuat pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan, tetapi langsung terbuang dan hilang ke angkasa.
"Sehingga mengakibatkan suhu udara di bumi cepat mendingin," jelas Sigit.
Faktor lainnya adalah posisi matahari yang berada di garis balik utara tepatnya pada 23,5 lintang utara. Posisi ini menyebabkan menurunnya intensitas radiasi matahari yang diterima di wilayah Indonesia bagian selatan, salah satunya di Yogyakarta.
Sigit memperkirakan, suhu dingin ini akan terjadi hingga puncak musim kemarau atau pada Agustus 2019. "Suhu udara kemungkinan akan berada di level 18 sampai 20 celsius sampai Agustus mendatang," ujar Sigit.
BMKG meminta masyarakat waspada dengan potensi penyakit yang timbul, akibat suhu semakin dingin. Di antaranya penyakit pernafasan, kulit dan bibir menjadi kering, mimisan dan hipotermia
"Suhu pendingin udara disetel agar tidak terlalu rendah. Makan dan minum yang hangat dan cukup. Terutama minum air minum yang cukup supaya tidak dehidrasi,"pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)