"Itu penyebabnya cuaca ekstrem dari Australia. Angin dari Australia membuat cuaca Jawa Tengah seperti ini," kata Sudaryanto saat dihubungi Medcom.id, Kamis, 20 Juni 2019.
Sudaryanto menyatakan dalam beberapa hari ke depan warga Jateng harus siap menghadapi udara dingin. Namun, Sudaryanto mengaku kurang tahu sampai kapan udara dingin yang datang dari Australia itu berakhir.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Itu tergantung, tidak bisa diprediksi, bisa lebih cepat atau lama. Tapi menurut saya paling sampai awal-awal musim kemarau," jelas Sudaryanto.
Sudaryanto kembali mengatakan meski Jawa Tengah sedang memasuki musim kemarau, di daerah dataran tinggi seperti Dieng, Wonosobo, justru terjadi fenomena embun yang membeku menjadi salju. Sudaryanto menegaskan fenomena embun membeku itu fenomena biasa. "Hampir setiap tahun terjadi, itu pasti. Itu biasa di awal musim kemarau," ungkap Sudaryanto.
Menurut Sudaryanto, puncak musim kemarau di Jawa Tengah terjadi pada pertengahan September dan berakhir pada awal Desember 2019. Diperkirakan pada tahun ini bakal ada 1.259 desa se-Jateng yang terkena kekeringan akibat musim kemarau tersebut.
Desa-desa yang terancam kekeringan sebagian besar berada di wilayah Grobogan, Demak, Pati, Purworejo, Banyumas, dan Kebumen. "Semua daerah di 35 Kabupaten atau Kota di Jateng ada daerah yang mengalami kekeringan," pungkas Sudaryanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DEN)