Setiap hari, Wahyu harus menempuh 3 jam perjalanan untuk mencapai SD Negeri 2 Simego. Desa Simego berada di ujung selatan Kabupaten Pekalongan, berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara.
Desa Simego biasa disebut Negeri di Atas Awan karena setiap hari selalu dselimuti kabut dan berhawa dingin. Desa yang terletak di ketinggian 2.400 MDPL ini menjadi desa tertinggi di Kabupaten Pekalongan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Berada di sabuk Pegunungan Dieng, Desa Simego hanya memiliki dua sekolah dasar, yaitu SD Negeri 1 Simego dan SD Negeri 2 Simego. Guru di dua SD tersebut harus melewati hutan pinus untuk mencapai sekolah, termasuk Wahyu.

Aktifitas di SD Negeri 2 Simego, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah -- Medcom.id/Kuntoro Tayubi
Jalanan yang dilalui Wahyu cukup terjal dan licin. Ancaman pohon tumbang harus selalu diwaspadai setiap harinya.
"Sewaktu-waktu pohon di sepanjang jalan bisa tumbang," kata Wahyu, Senin, 28 Januari 2018.
Jika ada pohon tumbang, para guru bergotong royong menyingkirkan pohon tersebut agar jalanan bisa kembali dilewati. Ini berarti para guru harus terlambat sampai di sekolah.
Wahyu sudah mengajar di Kecamatan Petungkriyono sejak 10 tahun silam, yakni pada 2006. Bapak satu anak ini harus sering menginap di sekolah tempatnya mengajar karena jarak dari rumahnya ke sekolah cukup jauh.
"Rata-rata guru yang mengajar di sana (Simego) harus menginap, karena hujan sering kali turun sehingga jalanan cukup berbahaya untuk dilalui. Pihak sekolah menyiapkan kamar tidur bagi huru yang menginap," ucap Wahyu.
Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Petungkriyono Masyhudi menjelaskan rata-rata guru yang mengajar di wilayah Petungkriyono adalah pendatang. Para guru biasa menginap di sekolah antara 5 sampai 6 hari.
"Mereka harus menginap karena jarak ke pusat pemerintahan terlalu jauh. Setiap akhir pekan, mereka pulang ke rumah masing-masing dan kembali datang saat Senin," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)
