Suasana warga menikmati lampion di Pasar Semawis Kawasan Pecinan, Semarang, Selasa, 13 Februari 2018. Foto: Medcom.id/Budi Arista Romadhoni
Suasana warga menikmati lampion di Pasar Semawis Kawasan Pecinan, Semarang, Selasa, 13 Februari 2018. Foto: Medcom.id/Budi Arista Romadhoni (Budi Arista Romadhoni)

Pasar Imlek Semawis, Tradisi Warga Semarang

hari raya imlek
Budi Arista Romadhoni • 14 Februari 2018 13:47
Semarang: Pasar Imlek Semawis di Jalan Gang Pinggir, Kota Semarang, dapat dijadikan sebagai model keberagaman yang nyata untuk kota-kota lain di Indonesia. Meski di kawasan permukiman warga Tionghoa, Pasar Semawis dikunjungi semua kalangan.
 
"Jadi, sekarang ini tantangannya banyak intoleransi yang terjadi. Kita ingin Kota Semarang menjalankan keberagaman di tempat ini," kata Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Harjanto Halim, di Pasar Imlek Semawis, Rabu, 14 Februari 2018.
 
Indah berhias lampion, Pasar Semawis menjual pernak-pernik Imlek. Dari makanan hingga perlengkapan rumah tangga. Makanan Yei Seng, yakni makanan sayuran yang diurap ditambah nasi goreng bungkus daun jati, serta ayam goreng kebahagiaan dan kue pandan keju, jadi panganan khas yang paling diburu.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pasar Imlek Semawis 2018 yang bertemakan "Pasamuan Anak Zaman Now" berlangsung tiga hari, 12-14 Februari 2018.
 
Lebih lanjut Harjanto menambahkan, ini merupakan keunikan yang tidak dimiliki oleh kota lain karena perayaan Imlek berlangsung egaliter, yakni dilakukan di jalanan yang semua masyarakat bisa menikmati.
 
“Pasar Imlek Semawis ini sudah berlangsung 15 kali. Sampai saat ini masyarakatnya juga banyak yang menanti. Acara ini setiap tahunnya selalu dilakukan,” tambahnya.
 
Tidaklah mudah untuk membuat Pasar Imlek Semawis karena kota penyelenggara harus kondusif. Warga plus pemimpin daerahnya juga harus saling mendukung.
 
Ketua Persatuan Organisasi Tionghoa Semarang (Por Inti) Setiawan Santoso mengatakan Imlek merupakan tradisi yang harus dilestarikan. Dengan kegiatan ini, dia berharap dapat menciptakan masyarakat menjadi makmur dan sejahtera.
 
“Warga bisa menjaga tradisi yang dilakukan secara turun menurun. Dan, sebagai generasi, tentunya bisa menjaga karena ini merupakan warisan leluhur,” ujarnya.
 
Perayaan Imlek juga diharapkan membuat warga Tionghoa bisa hidup sederhana, tidak pamer, serta mampu menjaga hubungan yang harmonis. Lebih banyak beramal dan membantu sesama.
 
“Jadi, dengan hidup yang sederhana dan menjaga hubungan dengan lingkungan, maka akan tercipta kehidupan yang harmonis,” ucapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SUR)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif