Minarto menjelaskan, saat kejadian tanah longsor menyerbu kawanan petani yang sedang berladang. Serbuan longsor itu bagaikan banjir bandang yang bergerak cepat.
"Tiba-tiba saja ada gumpalan besar terjun menuruni bukit. Gumpalan itu isinya seperti lumpur membawa ranting kayu besar dan batu-batu yang tajam," kata Minarto, Jumat, 23 Februari 2018. Saat kejadian dia sedang berocok tanam bersama istrinya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia dan istrinya, Watirah, 50, langsung melarikan diri. Namun, material longsor bergerak lebih cepat. Minarto dan istrinya pun akhirnya tertimbun tanah.
Nafasnya mulai sesak karena air dan tanah perlahan masuk ke hidung dan telinga. Belum lagi kaki terasa pegal. Namun, tak berapa lama, warga datang menolong keduanya.
(Baca: 535 Personel Diterjunkan Cari Korban Longsor Brebes)
Watirah yang menderita luka memar di kedua bahunya mengatakan sempat mendengar suara gemuruh seperti deru pesawat terbang dalam jumlah banyak sebelum kejadian. Dari jauh di sisi tebing seperti asap dan pohon-pohon berjatuhan.
"Saat itu saya sedang menanam padi di bawah tebing longsoran. Saya lari sekuat tenaga. Tapi tidak kuat akhirnya pasrah dan tertimbun tanah," tuturnya.
Bencana tanah longsor melanda hutan produksi milik perhutani BKPH Salem KPH Pekalongan Barat di petak 26 RPH Babakan di Desa Pasirpanjang, Kecamatan Salem, Brebes, Kamis, 22 Februari 2018. Lima orang dilaporkan tewas tertimpa longsoran tanah.

Lahan yang longsor di Desa Pasirpanjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Foto: Medcom.id/Kuntoro Tayubi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)