"Sejak empat tahun terakhir ini, Pemkab memang lebih mengedepankan penyelesaian permanen, ketimbang dropping air bersih di wilayah yang menjadi langganan krisis air bersih saat kemarau," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, Rabu, 12 Juni 2019.
Dia mengungkap, sudah ada delapan desa yang telah bebas krisis air bersih saat kemarau. Sebelumnya terdapat 39 desa mengalami krisis air bersih, kini tersisa 31 desa yang masih kesulitan air baku saat kemarau.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Bambang menuturkan, masyarakat yang bermukim di daerah langganan krisis air baku saat kemarau selalu berusaha mengatasi secara mandiri. Menurut Bambang, masyarakat lebih memilih Pemkab Wonogiri untuk mengupayakan sumber air baku ketimbang dropping air yang bersifat sesaat.
"Jadi mereka tidak cengeng. Mereka memberikan pelaporan kepada Pemkab tentang sumber air baru yang bisa diangkat melalui mesin pompa, dan airnya dialirkan melalui jaringan pipa ke rumah. Warga juga memilih dibuatkan embung," jelas dia.
Dia menerangkan, Pemkab Wonogiri telah mampu menaikkan air dari sumber air baru di wilayah krisis air baku, dan mengalirkan melalui jaringan pipa rumah penduduk di 8 desa dalam empat tahun terakhir. Dia menyebutkan, BPBD telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Pemkab Wonogiri untuk membuat embung baru.
"Anggaran Rp10 miliar di Giritontro dan Paranggupito. Mudah-mudahan tahun depan, jumlah desa krisis air bersih saat kemarau terus berkurang," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)
