Semula, lahan itu merupakan taman yang dibuat sebagai penghargaan kepada maestro keroncong, Gesang Martohartono. Taman Gesang dibangun dengan biaya dari perhimpunan masyarakat Jepang yang menggemari lagu Bengawan Solo.
Taman itu memiliki gapura bergaya konstruksi Jepang. Taman itu semula ditujukan sebagai panggung pertunjukan musik keroncong.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tapi, beberapa tahun terakhir, taman tak lagi digunakan. Bangunan panggung musik dan tribun rusak parah. Hanya tersisa tiang beton dan tempat duduk penonton.
Perusahaan Daerah (Perusda) TSTJ lalu menawarkan pengelolaan lokasi kepada investor. Tawaran itu disambut PT Warna Bhuana Indonesia (WBI).
Direktur Utama WBI Herman Adriyanto mengatakan akan membangun zona community park di lahan tersebut. Lahan tersebut juga dilengkapi dengan zona creative life style, zona e-sport, dan zona walking museum.
"Total investasinya Rp22 miliar dan akan dibangun secara bertahap" kata Herman di Solo, Jumat, 28 September 2018.
Wajah baru itu dinamakan Bengawan Solo Park. PT WBI akan mengembangkan lahan tersebut menjadi objek wisata baru di Solo. Herman optimistis upaya itu berhasil karena ada potensi yang sangat besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)