Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta Muhammad Lutfi Hamid, mengatakan, memasuki tahun pemilu legislatif dan presiden 2019 menjadi penting agar bisa mengedepankan beragama dan moderat. Tak hanya itu, kabar bohong atau hoaks, yang terkadang beredar saat momen politik, sebisa mungkin ditiadakan.
"Kami ajak para santri untuk berkontribusi pada masyarakat agar meniadakan hoaks, ujaran kebencian, serta menghindari perilaku yang mendiskriminasi kelompok tertentu yang menguntungkan kepentingan politik," kata Lutfi di sela peringatan hari Santri di lapangan Jalan Kenari Kota Yogyakarta, Senin, 22 Oktober 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia menegaskan, pihaknya menginginkan bersama komponen masyarakat dan elemen santri di DIY tak sebatas memeriahkan hari santri. Baginya, santri juga harus bisa menjadi perdamaian untuk negeri.
"Kami selalu mengajak semua agar menyadari peran santri dan agama dalam untuk bisa menciptakan kedamaian," katanya.
Dalam peringatan hari santri itu pula, ada sejumlah anggota paduan suara yang berasal dari kelompok non-muslim. Selain itu, ada pula sejumlah kesenian yang bukan berasal dari dunia muslim, seperti barongsai.
Lufltfi menyatakan keterlibatan kelompok non-muslim dan kesenian barongsai menjadi wujud persatuan dan kesatuan negeri. "Kami tekankan hari santri ini milik masyarakat. Bukan digerekan institusi, tapi seluruh elemen masyarakat," ujarnya.
Setidaknya, ada sekitar 5 ribu santri yang hadir dalam peringatan hari santri di Yogyakarta. Para santri tersebut akan diberikan hak mendapatkan pendidikan sebagaimana anak-anak yang menempuh di lembaga pendidikan pada umumnya.
"Ada KIP (Kartu Indonesia Pintar) untuk santri. Kami akan menyiapkan kejar paket bagi (santri) yang tak menempuh pendidikan. Untuk yang menempuh pendidikan formal, kami sertakan memberikan pendidikan entrepreneur kepada santri," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)