Banaspati, julukan suporter Persijap dan Panser Biru, pendukung PSIS Semarang, kini duduk bersama tidak hanya saat menonton laga. Tapi, mereka juga kerap 'ngumpul bareng' di luar stadion.
Minum kopi dan ngobrol atau jagongan bersama menjadi agenda kedua kelompok tersebut. Itu menjadi cara keduanya menghindari bentrokan kembali berulang.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Dengan cara itu kami menjalin komunikasi mulai dari pengurus antarkelompok hingga ke akar rumput," ujar Ketua Banaspati Saadi di Jepara, Jateng, Selasa, 25 September 2018.
Baca: Takut Bentrok Suporter, Polisi Batalkan Laga Persijap vs Persis
Saadi mengatakan cara itu menciptakan keakraban. Mereka saling mengundang dalam berbagai kegiatan bertema sepak bola. Atau, mereka bertemu sekadar bertukar atribut klub kesayangan masing-masing.
Misalnya, lanjut Saadi, Banaspati berulang tahun. Mereka mengundang Panser Biru. Begitu pula sebaliknya.
Keakraban itu membuat Banaspati tak lagi khawatir mengenakan jersey klub di depan suporter PSIS Semarang. Kenyamanan itupun dirasakan Panser Biru.
Hasil tak mengkhianati usaha. Cara itu justru meredam ketidaknyamanan antardua kelompok. Buktinya, Saadi mengklaim bentrokan antara Banaspati dengan Panser Biru terjadi cukup lama, yaitu 2010. Selama kurang lebih delapan tahun terakhir, bentrokan tak lagi terjadi.
Presiden Klub Persijap Esti Puji Lestari mengapresiasi usaha Banaspati untuk mengakrabkan diri dengan kelompok lain. Tak tinggal diam, ujar Esti, manajemen turun tangan berkomunikasi dengan suporter.
Baca: Kemenkopolhukam Dorong Sepak Bola untuk Perdamaian
Kerusuhan yang terjadi antara suporter Persija Jakarta dan Persib Bandung mendapat perhatian Esti. Ia mendorong pemerintah dan federasi tegas menanggapi masalah itu.
“Saya sangat sedih. Dan saya akan selalu aktif mengkampanyekan anti kekerasan di sepak bola di manapun. Makanya kami punya logo sepak bola untuk perdamaian di Jersey kami,” pungkas Esti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
