"Fenomena pronatalis cenderung menguat. Beberapa kelompok masyarakat permisif bahkan menganjurkan untuk memiliki anak lebih dari dua dengan beragam alasan," kata Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Profesor Saratri Wilonoyudho, Selasa, 13 November 2018.
Di Bali memiliki sistem penamaan anak hingga anak keempat. Keberhasilan program KB dinilai menjadi penyebab semakin sedikitnya masyarakat Bali yang bernama Nyoman, Komang, terutama Ketut. Karena dua nama itu merupakan urutan ketiga dan empat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Muncul kembali wacana untuk melestarikan sistem penamaan anak. Sebab, sistem penamaan merupakan tradisi dan ciri khas bagi masyarakat Bali.
Kecilnya dana yang dialokasikan untuk program pengendalian penduduk dan pelayanan KB juga menjadi kendala suksesnya program ini. Penempatan urusan pengendalian penduduk dan pelayanan KB hanya di bawah tanggung jawab dan dikoordinasikan oleh seorang kepala seksi atau kepal subbidang pada salah satu badan atau dinas.
"Tentu ini berpengaruh pada kurang optimalnya kualitas pelayanan KB dan pengendalian penduduk di Kabupaten dan Kota," ungkap Saratri.
Untuk mengangkat kembali program KB di tengah masyarakat perlu kebijakan pendekatan pembangunan bidang kependudukan dan KB yang dilakukan secara holistik, tematik, terintegrasi dan parsial.
Ketua Koalisi Kependudukan Kabupaten Brebes Bahrul Ulum mengatakan jumlah kelahiran di Bebes mencapai 90 bayi setiap hari. Ia bersama pemerintah setempat telah mendorong pembentukan kampung KB untuk pengendalian penduduk di wilayahnya.
"Perlu meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan yang memadai," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)