Flyover Kretek merupakan satu dari empat jalan layang yang diresmikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada Oktober 2017. Ganjar juga meresmikan flyover Dermoleng Ketanggungan, Brebes; flyover Klonengan; dan Kosambi Margasari, Tegal.
Jalan layang Kretek terbilang lebih sering dilalui pengendara. Alasannya, waktu tempuh lebih cepat dari jalan arteri Pantura. Meskipun jalannya tidak selebar Pantura.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Direktur Lalu Lintas Polda Jateng, Kombes Bakharuddin, menuturkan jalur tersebut menjadi favorit usai jembatan Comal di Pemalang yang berada di jalur pantura putus. Jalur tengah Jateng ini menjadi penghubung jalur pantura dan jalur selatan atau pantai selatan.
Namun, kata Bakharuddin, pengawasan terhadap muatan truk yang akan melintasi jalan layan itu perlu dilakukan. Agar, keselamatan berlalu lintas dapat diutamakan.
Salah satunya yaitu mengaktikan jembatan timbang untuk memeriksa muatan angkutan. Sehingga kecelakaan akibat dari muatan yang berlebih dapat dihindarkan.
Baca: Kecelakaan Flyover Kretek karena Pengendara 'Bandel'
"Sebab sopir dari daerah selatan mau ke Semarang banyak memilih jalur ini ketimbang jalur di Magelang,” kata Bakharuddin.
Pada Minggu 20 Mei 2018, truk menabrak mobil dan beberapa sepeda motor di Desa Jatisawit, Kecamatan Bumiayu, Brebes. Kecelakaan terjadi saat kendaraan melintasi jalan layang Kretek.
Kejadian itu mengakibatkan 12 orang meninggal. Sembilan orang terluka.
Menurut Kapolres Brebes AKBP Sugiarto, ia kerap mendapat laporan kecelakaan berulang kali terjadi di jalan layang itu. Dalam tiga bulan pertama pengoperasiannya, sebanyak 15 kecelakaan terjadi jalan layang itu.
"Sebelum kecelakaan ini (Minggu 20 Mei 2018), kecelakaan juga terjadi di Desa Pagojengan yang berjarak 400 meter dari jalan layang. Enam orang meninggal setelah truk turun dari jalan layang dan menyeruduk sebuah mobil dan lima sepeda motor," kata Sugiarto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)