Kepala BPBD Wonogiri Bambang Haryanto mengaku, upaya permanan jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan upaya insidental. “Insidental itu sesaat misalnya dengan droping air bersih,” kata Bambang, Rabu, 15 Agustus 2018.
Ia menambahkan, upaya permanan dilakukan dengan optimalisasi jaringan perpipaan dan pengambilan sumber air. Tak hanya itu, BPBD pun melakukan revitalisasi embung dan telaga.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Upaya permanen yang dilakukan setiap kemarau tiba, akunya, lebih berimbas pada jumlah desa terdampak. Dari tahun ke tahun, jumlah desa terdampak kekeringan di Wonogiri tercatat terus mengalami penurunan.
Menurut data BPBD Wonogiri pada tahun 2015 jumlah desa terdampak kekeringan sebanyak 38 desa/kelurahan. Tahun 2017 jumlahnya turun menjadi 37 desa.
“Kemudian di 2018 tercatat 31 desa yang terdampak kekeringan. Itu tak lepas dari intervensi pemerintah terkait optimalisasi upaya penanganan permanen,” kata dia.
Meski demikian tak menutup kemungkinan upaya penanganan permanen tetap dibarengi dengan droping air di wilayah yang sangat membutuhkan. “Droping tetap dilakukan namun sifatnya kan hanya sementara, tidak menyelesaikan masalah,” ucapnya.
BPBD memperkirakan kondisi kemarau di Wonogiri akan terus berlangsung hingga bulan Oktober 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)
