Seorang nelayan di Pantai Congot, Kecamatan Temon, Kulon Progo, Sariman mengatakan sudah tiga hari tak melaut. Hal itu disebabkan gelombang air selatan mencapai empat meter.
"Ya memilih aman saja. Kalau gelombang tinggi melaut, risikonya besar," kata Sariman di Kulon Progo pada Sabtu, 24 Maret 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut dia, ada sejumlah nelayan yang memilih menjadi pelaku wisata di pesisir pantai, yakni jadi penarik andong. Selain itu, beberapa nelayan juga memilih mencari ikan di sungai.
Ia mengakui, pendapat mencari ikan di sungai tak sebanding dengan hasil tangkapan ikan saat melaut. "Sungainya tempat cari ikan, kecil. Tidak sungai besar," ujarnya.
Jumadi, yang juga nelayan Pantai Congot, mengungkapkan kalau dirinya juga tak berani melaut. Ia memilih menghabiskan waktu untuk keluarganya.
"Karena tidak melaut, ya milih aktivitas sama anak. Mumpung ada waktu," katanya.
Kapal-kapal yang biasanya digunakan melaut juga hanya teronggok di pinggir pantai. Kapal-kapal tersebut telah ditempatkan di titik yang tak terjangkau ombak.
Sebelumnya, Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiyono, menyatakan posisi Siklon Tropis Marcus kini semakin menjauhi Samudera Hindia lantaran semakin ke selatan-barat daya. Meskipun, siklon yang tumbuh dari perairan Australia ini masih dirasakan di pesisir selatan Jawa.
"Posisinya (Siklon Tropis Marcus) saat ini sekitar 1.450 km. Tapi gelombang di perairan selatan Jawa, termasuk Yogyakarta, masih berkisar 2,5-4 meter," kata dia.
Siklon Tropis Marcus muncul di perairan Australia sejak 16 Maret 2018. Siklon ini bergerak ke arah barat daya memasuki Samudera Hindia. Siklon Tropis Marcus ini merupakan sejenis pusaran angin yang berputar di atas lautan. Diameternya Siklon Marcus bisa mencapai 150 hingga 200 kilomeyer dengan kecepatan di atas 63 kilometer per jam. Siklon ini diperkirakan terjadi hingga awal pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)