Telaga yang luasannya sekitar satu lapangan sepak bola itu terlihat berlubang di sekitar 10 titik.
Telaga yang luasannya sekitar satu lapangan sepak bola itu terlihat berlubang di sekitar 10 titik. (Ahmad Mustaqim)

Berharap Air Kehidupan dari Telaga Kering

kekeringan
Ahmad Mustaqim • 28 Agustus 2018 19:28
Gunungkidul: Warsidi, warga Dusun Ngricik, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menggali tanah di Telaga Banteng yang mengering saat musim kemarau. Setiap galian, ia biarkan sejenak untuk bisa muncul air untuk diambil. 
 
Telaga yang luasannya sekitar satu lapangan sepak bola itu terlihat berlubang di sekitar 10 titik. Warsidi mengatakan lubang yang dibuat berkedalaman 50 sentimeter dan lebar sekitar 100 sentimeter. Beberapa ember bervolume 5-10 liter air berada di sekitar lubang itu. 
 
"Sudah lima bulan tidak hujan. Telaga saja kering begini. Ini bikin lubang buat cari air sisa-sisa," kata Warsidi di Telaga Banteng, Selasa, 28 Agustus 2018. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sekilas, air yang muncul dari setiap galian tak layak digunakan, apalagi dikonsumsi. Air tersebut terlihat keruh. Namun, Warsidi tetap mengambil air dengan gayung tersambung kayu sepanjang sekitar 1 meter. Air tersebut ia pakai untuk kebutuhan rumah tangga, mencuci, hingga memberi minum ternak. 
 
Ia mengatakan setiap galian di telaga itu tak langsung muncul air. Warsidi mengaku harus menunggu sekitar satu jam untuk ada air yang bisa diambil. "Daripada beli air, ngabisin uang. Satu tangki harus keluar uang Rp130 ribu," kata lelaki berusia 56 tahun ini. 
 
Warsidi sangat berat untuk mengeluarkan uang Rp130 ribu untuk membeli air berisi 5.000 liter. Air dengan volume tersebut tak bisa mencukupi kebutuhan lima anggota keluarganya. 
 
Winarti, 38, warga setempat, juga ikut memanfaatkan air bekas di telaga itu. Ia selalu mengendapkan air dari telaga itu sebelum menggunakannya. "Airnya jernih kalau sudah mengendap," katanya. 
 
Baginya, air tersebut menjadi sumber penghidupan di saat musim kemarau seperti ini. Ia kemudian memakai air dari telaga itu dengan air tangki yang dibeli.
 
"Beberapa dapat bantuan air bersih walaupun gak banyak. Lumayan buat nyukupi kebutuhan air," ujarnya. 
 
Kepala Dukuh Ngricik, Yulianto berujar warganya kerap memanfaatkan air dari telaga Banteng yang mengering. Ia berharap, pemerintah bisa terlibat membantu perpipaan untuk saluran air di tempatnya. 
 
Kepala Pelaksana Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Edy Basuki mengungkapkan, ada 12 kecamatan yang kekeringan. Jumlah ini meningkat karena sebelumnya hanya ada 11 kecamatan. 
 
Ia mengatakan, anggaran untuk mengulangi kekeringan dari total Rp600 juta sudah terpakai Rp400 juta. "Musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga Oktober," katanya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ALB)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif