Ratih Listiyani (kiri) dan Hadiso, warga Desa Panggungharjo yang bekerja di salah satu unit usaha BUMDes Panggunglestari, Medcom.id - Mustaqim
Ratih Listiyani (kiri) dan Hadiso, warga Desa Panggungharjo yang bekerja di salah satu unit usaha BUMDes Panggunglestari, Medcom.id - Mustaqim (Ahmad Mustaqim)

Dana Desa 'Hidupkan' Ekonomi Warga Kampung Matraman

4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK
Ahmad Mustaqim • 18 Oktober 2018 16:43
Bantul: Ratih Listiyani, tersenyum lebar menerima pelanggan di Kampung Mataraman, salah satu unit usaha BUMDes Panggunglestari, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai kasir, perempuan 27 tahun dengan ramah melayani konsumen di Kampung Mataraman setelah makan siang pada, Sabtu, 29 September 2018.
 
Kampung Mataraman merupakan salah satu unit usaha BUMDes Panggunglestari yang berkonsep warung makan era kejayaan kerajaan Mataram. Mulai akses jalan masuk masih bebatuan, bangunan limasan dengan kayu kuno, hingga menu masakan Jawa tanpa bahan pengawet.
 
Perempuan berbaju batik hitam dengan jilbab merah muda ini sudah sejak tujuh bulan lalu menjadi kasir di Kampung Mataraman. Mulanya ia bekerja di salah satu rumah makan di Jalan Parangtritis. Ia merasa mendapat perbaikan secara ekonomi setelah bekerja di Kampung Mataraman.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Warga Dusun Jaranan RT 5 Desa Panggungharjo ini sejak dua tahun lalu bercerai dengan suaminya. Ia kini hidup bersama seorang anaknya yang berusia 7 tahun.
 
"Awalnya di sini kerja jadi pramusaji, tapi jadi kasir," kata Ratih kepada Medcom.id
 
Ratih tak merasa khawatir untuk memenuhi kebutuhannya bersama sang anak. Dari pekerjaannya, ia mendapat gaji sesuai standar UMP Kabupaten Bantul, sekitar Rp1,5 juta. Pendapatan ini lebih besar daripada tempat Ratih bekerja sebelumnya.
 
"Kalau jadi kasir baru sebulan. Penghasilan lebih baiklah. Ada (upah) lembur juga. Kerjanya juga lebih nyaman," katanya.
 
Selain Ratih, Kampung Mataraman juga mempekerjakan warga Desa Panggungharjo yang terpinggirkan. Hadiso salah satunya. Lelaki 57 tahun ini semula bekerja sebagai buruh bangunan. Hadiso bekerja di Kampung Mataraman saat awal pendiriannya pada Juni 2017.
 
"Saya ikut babat alas (proses pembangunan awal). Masih sedikit pekerjanya. Lalu saya ikut membantu cari 14 warga Panggungharjo untuk bekerja," ucapnya.
 
Dari buruh bangunan, Hadiso bekerja di Kampung Mataraman sebagai penyambut pelanggan atau among tamu. Hadiro merasa lebih nyaman bekerja di usianya yang sudah lebih dari setengah abad.
 
"Kadang ya ngurus lingkungan, kayak merapikan rumput dan nanam tanaman di sini. Gaji saya lebih cukup ketimbang sebelumnya. Kalau pendapatan tinggi kami dari bonus," ujarnya.
 
Tari Astuti pun demikian. Warga Dusun Pelemsewu, Desa Panggungharjo merasa beruntung bisa bekerja di tempat itu. Perempuan 37 tahun ini semula hanya berjual jus dan jadi ibu rumah tangga. Sejak bekerja di salah satu unit usaha BUMDes itu, ia bisa membantu perekonomian keluarganya.
 
Suami Tari, Eko Nuryanto, 39 tahun, bekerja sebagai mekanik di salah satu bengkel di Kecamatan Sewon. Tari dan Eko memiliki dua anak, Felisa Amelia Nurlitasari, 13 tahun, serta Muhammad Azka, 8 tahun. "Alhamdulillah sejak bekerja bisa membantu suami. Suami saya kerjanya tidak tetap karena sistem borongan," tuturnya.
 
Tak hanya ketiganya, total ada sebanyak 89 warga Desa Panggungrejo yang bekerja di Kampung Mataraman. Mereka diupah berdasarkan beban kerja. Paling rendah diupah Rp1,5 juta.  Unit usaha lain di BUMDes Panggunglestari juga mempekerjakan warga setempat dari 14 dusun, yakni Garon, Cabeyan, Ngireng Ireng, Geneng, Glondong, Jaranan, Sawit, Pandes, Kweni, Pelemsewu, Dongkelan, Glugo, Krapyak Kulon, dan Krapyak wetan. Sebagian besar kelompok terpingggirkan, seperti pengangguran, anak putus sekolah, hingga difabel.
 
Direktur BUMDes Panggunglestari, Eko Pambudi mengatakan anggaran sebesar Rp106 juta hingga Rp110 juta untuk menggaji pekerja di lima unit usaha. Sejak Januari hingga September 2018, BUMDes Panggunglestari beromzet lebih dari Rp3 miliar.
 
"BUMDes sudah tak disubsidi dana desa. Dana desa hanya sebagai penyertaan modal di awal pendirian, tahun 2015 dan 2016. Sebagiuan keuntungan BUMDes masuk APBDes," ungkapnya. '
 
Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro menambahkan, kebverhasilan operasional BUMDes bukan semata dilihat dari keuntungan yang masuk ke pemerintah desa. Baginya, memberikan manfaat bagi warga desa lebih utama. "Menyelesaikan masalah warga ini bisa kami sebut keuntungan," ujarnya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif