Penderita gizi buruk di Brebes, Jawa Tengah. Foto: Medcom.id/Kuntoro Tayubi
Penderita gizi buruk di Brebes, Jawa Tengah. Foto: Medcom.id/Kuntoro Tayubi (Kuntoro Tayubi)

Kasus Gizi Buruk di Brebes Tertinggi di Jateng

gizi kurang
Kuntoro Tayubi • 06 Februari 2018 16:17
Brebes: Kasus gizi buruk di Brebes masih menempati urutan pertama di Jawa Tengah. Dari 113 kasus, 52 kasus gizi buruk dialami warga miskin karena infeksi penyakit selama Januari 2018.
 
“Dari tahun ke tahun Brebes hampir selalu menempati urutan pertama kasus gizi buruk di Jawa Tengah. Namun, bukan karena kurang makan, kebanyakan karena infeksi penyakit,” kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Nurul Aeny, Selasa, 6 Februari 2018.
 
Tingginya angka gizi buruk ini karena jumlah penduduk Kabupaten Brebes terbanyak di Jawa Tengah. Wilayahnya juga terluas kedua setelah Cilacap. Tingkat kemiskinan nomor satu dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Brebes paling rendah.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah daerah setempat untuk mengatasi penderita gizi buruk di wilayahnya. Di antaranya membuat layanan pusat terapi pemulihan gizi di empat kecamatan.
 
Pusat terapi pemulihan gizi ada di Puskesmas Losari untuk melayani semua wilayah Brebes, Puskesmas Brebes untuk melayani wilayah Brebes Utara, Puskesmas Larangan untuk wilayah Brebes Tengah, dan Puskesmas Paguyangan untuk wilayah Brebes Selatan.
 
"Di sana ada ruangan khusus untuk perawatan dan pemulihan bayi yang menderita gizi buruk. Kami juga menggerakkan masyarakat yang memiliki komitmen untuk penanganan gizi buruk di tingkat desa. Perawatan ini didanai oleh dana desa dengan komitmen kepala desanya,” ujarnya.
 
Kelompok masyarakat yang bernama pusat pemulihan gizi berbasis masyarakat sudah terbentuk di 18 desa di 8 wilayah puskesmas yang ditunjuk Pemda Brebes. Rumah Sakit Bhakti Asih dan RSUD Brebes juga menjadi pusat rujukan gizi buruk untuk pelayanan lebih lanjut,
 
“Dinas Kesehatan Brebes pun menginisiasi pendanaan untuk perawatan gizi buruk di desa dengan peran serta masyarakat yang melibatkan posyandu dan lainnya. Dana tersebut untuk sarana dan prasarana pemulihan gizi buruk,” pungkasnya.
 
Salah satu keluarga penderita gizi buruk asal Kelurahan Brebes, Rizka Komalasari, 20, mengaku enggan membawa anaknya ke puskesmas karena tidak memiliki biaya meskipun gratis. Anaknya yang bernama Hikmah ayu, di usianya yang baru 18 bulan, hanya memiliki bobot 3,5 kilogram. Padahal, berat normal seharusnya 12 kilogram.
 
“Untuk berobat tidak ada biaya, terutama biaya untuk makan kalau misalnya anak saya dirawat,” pungkasnya.  
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SUR)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif