Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Priyanta Madya mengatakan pemerintah berupaya berupaya mengurangi pertumbuhan sarang nyamuk. Salah satu langkah yang terus dilakukan yakni mendorong masyarakat memberikan lingkungan, menguras penampungan air secara rutin, dan menutup penampungan air.
Kemudian, Priyanta juga mengatakan target yang hendak dicapai yakni mendorong satu orang juru pemantau jentik nyamuk di setiap kepala keluarga (KK). "Artinya, ada satu orang di setiap KK memantau jentik agar tidak tumbuh sampai dewasa," kata Priyanta saat dihubungi Medcom.id, Kamis, 31 Januari 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pihaknya akan mencoba terus program itu. Menurut dia, langkah lain seperti pengasapan atau fogging menjadi jalan lain saat upaya lain tak berhasil. Ia menyebut, masalah utama kasus DBD yakni pembersihan sarang nyamuk.
"Kami libatkan juga Puskesmas untuk menyosialisasikan. Kami meyakini gerakan harus dilaksanakan serempak, bukan secara individual," ujarnya.
Berdasarkan catatannya, kasus DBD pada 2013 di Gunungkidul terjadi sebanyak 353 kasus dengan satu di antaranya meninggal. Tahun berikutnya terjadi 378 kasus dengan dua di antaranya meninggal; 486 kasus pada 2015 dengan 4 warga meninggal; 1154 kasus pada 2016 dengan 4 meninggal; 228 kasus pada 2017 dengan satu orang meninggal; serta 124 kasus pada 2018.
Dari data itu, ia menyatakan kasus tersebar di berbagai kecamatan, seperti Gedangsari, Rongkop, Ponjong, Tepus, Paliyan, Semin, Semanu, dan Playen. Selain itu, Kecamatan Nglipar, Panggang, dan Patuk belum memberikan laporan terbarunya.
"Kami kira masyarakat apabila ada inisiatif dalam antisipasi DBD ini bisa dilakukan bersama warga lain. Ada juga warga yang mengandalkan peliharaan ikan untuk mengurangi jentik nyamuk. Inisiatif yang demikian ini kami kira bisa didorong," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
