Sosok Semar seolah mendarah daging pada pria kelahiran 13 Februari 1958 itu. Wajah Semar, ujar Aji, memang tak rupawan. Tapi Semar merupakan titisan dewa. Semar identik dengan kata-kata bijak dan petuah yang bermanfaat.
Pertama kali Aji melakonkan Semar pada 1982. Ia ditunjuk secara tiba-tiba.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Tokoh yang biasanya memerankan karakter Semar di Gedung Wayang Orang Sriwedari tiba-tiba meninggal beberapa saat sebelum naik panggung," kata Aji di Solo, Jawa Tengah, Rabu, 30 Januari 2019.
Sehari-hari Aji memang rohaniawan Konghucu. Ia dinilai cocok memerankan Semar yang bijak dan kerap memberikan petuah.

(Sosok Semar yang diperankan oleh Aji Chandra, dok: istimewa)
Eling lan waspada. Salah satu kalimat, yang menurut Aji, harus menjadi falsafah hidup tiap orang.
“Sebagai manusia kita harus ingat pada posisi dan peran kita. Jika jadi ayah jadilah ayah yang baik dan lain sebagainya. Selain itu orang hidup harus selalu waspada,” ungkap ayah dua anak itu.
Kecintaan Aji terhadap budaya Jawa, khususnya pewayangan rupanya banyak dipengaruhi oleh ibundaa. Dari kisah di masa kecil, tertanam di sanubarinya hingga dewasa.
"Sejak kecil, setiap malam minggu ibu selalu mengajak saya menonton wayang daripada menonton bioskop. Ibu juga membelikan saya komik-komik wayang RA Kosasih ketika saya mulai bisa membaca," tutur pria kelahiran Solo itu.
Dunia pewayangan semakin didalaminya ketika bergabung dengan Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS). Sebuah perkumpulan masyarakat keturunan Tionghoa yang salah satu kegiatannya mempelajari budaya-budaya Jawa seperti karawitan dan wayang orang.
Aji pun membentuk grup Punakawan dengan anggota berbeda-beda latar belakang. Tokoh Semar dimainkan olehnya, tokoh Petruk dimainkan oleh rohaniawan Islam, tokoh Gareng dimainkan rekannya rohaniawan Kristen dan tokoh Bagong diperankan oleh pemeluk agama Islam
"Perbedaan itu indah, bukan penghalang. Di panggung sangat terasa sekali indahnya rasa kebhinekaan itu," paparnya sambil tersenyum.
Puluhan tahun mendalami karakter Semar, Aji pun telah berulang kali diminta tampil dihadapan orang-orang nomor satu di Indonesia. Pada tahun 2001, Aji dan rekan-rekannya tampil membawakan kesenian wayang orang di hadapan Presiden Abdurrahman Wahid.
"Kemudian Megawati hingga Pak SBY, kami selalu tampil. Biasanya pada saat perayaan imlek nasional. Dihadapan Jokowi berulangkali ketika beliau menjabat sebagai Wali Kota Solo," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)