Meskipun sempat turun hujan, masyarakat tetap tak beranjak dari tempatnya untuk menyaksikan atraksi seni dan budaya Solo. Sekitar 1.500 peserta kirab terbagi dalam 54 kelompok turut memeriahkan garebek.
Kirab menempuh rute sekitar dua kilometer. Mulai dari Pasar Gede, kirab melewati Jalan Mayor Kusmanto, Jalan RE Martadinata, Jalan Cut Nyak Dien, Jalan Ir Juanda dan kembali ke Pasar Gede di Jalan Urip Sumoharjo.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sejumlah atraksi disajikan, mulai dari kebudayaan Cina seperti liong dan barongsai, kebudayaan Islam seperti hadrah, serta kebudayaan Jawa seperti wayang orang dan tari tradisional.
Ketua panitia Grebeg Sudiro, Angga Indrawan, mengatakan acara tersebut sebagai simbol keberagaman masyarakat Solo. "Meski beragam, masyarakat tetap rukun dan damai," ujarnya, Minggu, 3 Februari 2019.
Sementara itu, Ketua Panitia Bersama Imlek, Sumartono Hadinoto, menilai kebersamaan seluruh elemen masyarakat ini penting untuk menjadikan Solo semakin maju. "Dengan toleransi, Solo layak menjadi kota yang paling nyaman dihuni," kata dia.
Adapun nama Grebeg Sudiro berasal dari kata Sudiroprajan yang merupakan nama kelurahan tempat berlangsungnya kirab. Kelurahan ini banyak ditinggali warga keturunan etnis Tionghoa.
Meski demikian, masyarakat antaretnis sudah saling berbaur sejak lama. Kerukunan inilah yang menjadi ruh dari Grebeg Sudiro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)