Ketujuh desa itu yakni, Rangimulya, Kendayakan, Banjarturi, Banjaragung, Semedo, Sigentong, dan Kreman.
"Sumur kami sudah kering. Kami bingung harus konsumsi air apa lagi. Terpaksa pakai air sumur bor di sawah," kata Darkinah, 33, warga Desa Rangimulya, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin, 17 September 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Darkinah mengaku bersyukur saat mendapatkan bantuan air bersih. Namun saat tidak ada bantuan, dia terpaksa harus mengambil air di sumur bor yang biasa digunakan untuk mengairi sawah.
Dia mengaku tidak mampu membeli air bersih karena tidak memiliki uang. Kebutuhan hidup keluarganya lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh suaminya.
"Setiap hari kami butuh air. Kalau beli terus, kami tidak punya uang. Ya paling minta air di rumah tetangga. Itu pun cuma sewaktu-waktu kalau pas ada air di sumurnya. Kalau tidak ada, ya nunggu bantuan," ungkap Darkinah.
Sementara itu Kaur Umum Desa Rangimulya, Muslimin menyatakan, di desanya mengalami krisis air bersih sejak tiga bulan terakhir. Sumur warga hampir semuanya kering. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, warga harus rela mengantre di sumur bor yang berada di balai desa setempat.
Apabila antrean panjang, warga terpaksa mengambil air di sumur bor di tengah sawah. Jaraknya sekitar dua kilometer dari pemukiman penduduk.
"Kalau MCK (warga) pakai air irigasi sawah. Tapi kalau minum, kadang beli galon. Per galon Rp 4500. Tapi itu yang punya uang, kalau tidak punya, ya pakai air sumur bor," ujar Muslimin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DEN)