Aktivitas nelayan di Pelabuhan Kluwut, Brebes, Medcom.id
Aktivitas nelayan di Pelabuhan Kluwut, Brebes, Medcom.id (Iswahyudi, Kuntoro Tayubi)

Sekali Melaut, Kapal Cantrang Butuh Bekal hingga Rp100 Juta

cantrang
Iswahyudi, Kuntoro Tayubi • 25 Januari 2018 15:45
Brebes: Satu kapal pengguna cantrang membutuhkan uang hingga Rp100 juta untuk sekali melaut. Uang itu digunakan untuk menyediakan perbekalan selama di laut.
 
Demikian pengakuan Saefudin, nahkoda kapal pengguna cantrang di Pelabuhan Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Uang itu, katanya, untuk penyediaan logistik anak buah kapal, bahan bakar, serta balok es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan.
 
"Besaran nilai bekal bergantung pada ukuran kapal dan waktu melaut," kata Saefudin di Pelabuhan Desa Kluwut, Kamis, 25 Januari 2018.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurut Saefudin, bila harga jual ikan murah, uang hasil penjualan tak cukup untuk mengganti dana kebutuhan bekal melaut. "Makanya sebagai nahkoda harus benar-benar jeli mencari titik penangkapan ikan," ujarnya.
 
Ia menjelaskan, selain membawa perbekalan berupa logistik, sang nahkoda juga memegang sejumlah uang dari pemilik kapal untuk berjaga-jaga. Bila cuaca buruk, kapal harus bersandar di daerah lain.
 
Saefudin menjelaskan rata-rata kapal melaut selama 20 hari. Selama itu pula kapal membutuhkan solar sebanyak 25 ribu liter dan 800 balok es.
 
Bila hasil berlimpah, lanjut Saefudin, keuntungan penjualan ikan bisa berlipat ganda. Sehingga banyak warga Desa Kluwut yang berminat bekerja sebagai nelayan. Menurut Saefudin, juragan kapal di Desa Kluwut memiliki 1 hingga 3 kapal. 
 
Sementara Ketua Himpunan Nelayan Indonesia (HNSI) Kabupaten Brebes Rudi Hartono mengungkapkan hasil tangkapan laut bergantung pada kelihaian nahkoda menemukan titik penangkapan. Jadi, nahkoda mendapat upah lebih besar dari awak.
 
"Nahkoda itu memang harus pandai mencari titik penangkapan. Biasanya arah angin dan arus laut itu menentukan keberadaan ikan," pungkasnya.
 
Sementara itu nelayan di Kendal, Jawa Tengah, tak mempersoalkan larangan penggunaan cantrang saat melaut. Sebab, nelayan di Kendal tak menggunakan cantrang.
 
Di Kendal, sebanyak 50 kapal digunakan untuk melaut. Nelayan menggunakan alat tangkap tradisional yang disebut arat. Hasil tangkapan mereka pun tak banyak.
 
Ketua  DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kendal Zaenal Abidin justru meminta pemerintah menyediakan alat tangkap ramah lingkungan. 
 
"Jadi intinya, kami tak masalah soal larangan cantrang," ujar Wahid.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif