"Hujan, mendung tebal," ungkap Pengelola observatorium PPMI Assaalam AR. Sugeng Riyadi Rabu, 31 Januari 2018, malam.
Faktor cuaca tidak memungkinkan melakukan pengamatan dilakukan. Bahkan dengan alat bantu seperti teleskop atau binokular. Mau tak mau, acara nonton bareng super blue blood moon dibatalkan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Saya sudah coba sisir pakai teleskop tapi enggak tembus tadi," beber dia.
Ratusan pengunjung yang terlanjur datang ke observatorium PPMI Assaalam mengaku sedih. Pengunjung berharap menyaksikan fenomena langka yang terakhir terjadi pada 1982.
Saputra, 28, salah satu pengunjung mengaku sengaja hadir bersam rekan kerjanya untuk menyaksikan gerhana bulan. Dia dan teman sejawatnya hanya bisa mengurut dada.
"Kan tidak setiap tahun bisa melihat. Tapi karena cuaca tidak memungkinkan, mau bagaimana lagi," katanya.
PPMI Assalaam telah menyiapkan 15 teleskop untuk memantau gerhana bulan. Karena hujan, hanya dua teleskop yang dipajang di depan ruang instrumen untuk ditunjukkan pada pengunjung.
Super blue blood moon terjadi karena gerhana bulan total dibarengi dengan jarak bulan mendekat dengan bumi sehingga bulan terlihat besar (supermoon), disertai fenomena bulan merah (blood moon) dan bulan biru (blue moon). Kombinasi ini sangat langka dan jarang terjadi.
Blood moon terjadi karena pembiasan sinar matahari oleh atmosfer bumi sehingga bulan terlihat kemerahan. Sedangkan blue moon yakni karena purnama ini merupakan purnama kedua selama bulan Januari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)