Srianto, warga Karimunjawa menceritakan, di era tahun 90-an, kapal nelayan satu-satunya transportasi warga Karimunjawa menuju Jepara. Selain bersandar di dermaga Pantai Kartini, kapal nelayan Karimunjawa bersandar di Tempat Pelalangan Ikan (TPI) Demaan dan TPI Ujungbatu.
“Sebelum ada kapal (KMP), dulu menggunakan kapal tongkol. Kalau cuaca bagus antara tujuh sampai delapan jam,” ujar Srianto.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Srianto melanjutkan, kapal nelayan dari Karimunjawa pada umumnya berangkat jam 05.00 WIB. Selain membawa penumpang manusia, kapal nelayan juga membawa muatan ikan dan hasil bumi seperti kelapa. Kemudian, dari Jepara membawa bahan-bahan kebutuhan pangan, seperti beras, gula, dan bumbu dapur.
“Jadi dulu tidak ada kapal khusus penumpang, ya kapal ikan dicampur dengan barang dan penumpang,” kata Srianto.
Jika musim angin barat, Srianto melanjutkan, waktu tempuh kapal nelayan dari Jepara ke Karimunjawa atau sebaliknya bisa lebih dari sepuluh jam.
Saroh, warga Karimun menceritakan, dia harus meniti kayu untuk turun dan naik kapal. Jembatan pelabuhan barat Karimunjawa masih berupa kayu. Mendarat di TPI Demaan, dia juga harus memanjat tiang sandaran kapal.
“Kalau sekarang naik turun kapal sudah enak. Dulu kalau saya ikut bapak jualan ikan ke Jepara harus panjat tiang kalau turun kapal,” kenang Saroh.
Setelah kapal tongkol yang jadi andalan warga Karimunjawa tenggelam di tahun 1992, menewaskan puluhan penumpang, hadirlah KMP Muria yang dioperasikan PT ASDP pada tahun 1993. Pada tahun 2014, KMP Muria digantikan KMP Siginjai. Waktu tempuh Jepara – Karimunjawa dengan KMP Siginjai empat sampai lima jam.
“Setelah ada kapal (KMP Muria) kapal kayu nelayan tetap masih beroperasi mengangkut barang, karena jadwal kapal Muria tidak setiap hari. Dan sampai sekarang kalau musim baratan yang sering jadi penolong warga ya, kapal nelayan,” pungkas Saroh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)