Namun musim kemarau jadi berkah tersendiri bagi pembuat sumur bor (pantek) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Para pembuat sumur bor atau sumur pantek saat ini kebanjiran order.
Pembuat sumur pantek, Mukidi, 40, mengaku kewalahan melayani order yang mereka terima. Meningkatnya permintaan, mulai terjadi pada awal bulan Juni lalu. Dalam sehari rata-rata menerima 2 hingga 3 order pengeboran tiap pekan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Padahal jika musim biasa (penghujan), rata rata cuma menerima satu pesanan dalam satu bulan. Satu sumur biasanya dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga hari,” kata pria asal Slawi, Tegal ini, Selasa, 4 September 2018.
Sebagian besar order Mukidi datang dari para petani, karena lahan sawahnya mengalami kekeringan. Untuk membuat satu sumur, ia memasang tarif berkisar Rp3 juta. Selain itu juga tergantung pada diameter pipa yang digunakan dan kedalaman pengeboran.
Saat puncak kemarau seperti saat ini, pengguna jasa sumur pantek juga berasal dari kalangan rumah tangga karena banyak sumur warga yang mengering.
Zainuddin, 39, salah satu tukang membuat sumur bor dari desa Kertasinduyasa, Kecamatan Jatibarang. Selama musim kemarau panjang ini, pihaknya telah membikinkan sumur bor hingga ratusan.
Jumlah tukang bor sumur yang sedikit membuatnya panen pesanan di musim kemarau. Berbeda dengan pembuatan sumur di lahan pertanian, ongkos jasa ini tergantung dari tingkat kesulitan yang dilihat dari kedalaman tanah.
"Saya bekerja bersama 2 orang lainnya. Beayanya mencapai Rp450 ribu hingga Rp1 juta. Makin dalam tanahnya mempengaruhi sulitnya memperoleh sumber air," tuturnya.
Aris, 42, warga Desa Siandong, Kecamatan Larangan terpaksa meminta jasa pembuatan sumur bor, karena selama musim kemarau untuk keperluan minum, mandi dan lainnya ia terpaksa membeli air bersih.
“Satu jeriken air dibeli harganya Rp3.500. Dua hari habis 20 liter air bersih. Boros, jadi lebih baik membuat sumur bor di rumah saja,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)