"Akhirnya bisa pulang. Kami diperlakukan bukan kayak manusia lagi. Makan memang 4 kali sehari, tapi tidurnya cuma alas kayu. Kayak penjara. Bahkan mungkin lebih kejam dari penjara," ungkapnya kepada Medcom.id, di Kantor BP3TKI Jateng, Semarang, Sabtu, 31 Maret 2018.
Khusnul mengaku, perlakuan petugas Imigrasi Malaka sangat kasar terhadap TKI yang ditahan. "Kalau sakit susah minta obat. Masih lagi kalau bikin kesalahan pasti ditampar dan ditendang. Handphone kita pun disita. Tidak bisa komunikasi," imbuhnya sambil menahan rasa sakit kepala.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia bersyukur akhirnya bisa kembali ke Tanah Air, dan bebas dari Pemerintah Kerajaan Malaysia. "Perasaaan seneng bersyukur masih ada kesempatan pulang dan hidup dan masih ada gaji pokok yang dibayarkan," tuturnya.
Baca: 73 TKI yang Bermasalah di Malaysia Tiba di Tanah Air
Khusnul menuturkan, bagaimana dapat ditangkap pihak imigrasi beserta sejumlah rekannya. "Kami ketangkep waktu posisi kerja. Enggak bisa bawa apa-apa. Barang barang pribadi dan berharga di mess, tidak tau. Kalau rezeki pasti kembali," ucapnya.
"Permit kita atau id kita di Selangor, tapi kita ditempatkan Malaka. Menurut kita aman, tapi kok tiba-tiba waktu pergantian shift, imigrasi sudah didepan pintu, ditangkaplah kita masih berseragam," jelasnya.
Kemudian Laras dwi rahayu, 20, TKI asal Purworejo mengaku senang, perusahaan bertanggung jawab membayar gajinya.
"Januari ada 1000 ringgit sudah dikirim ke orang tua. Februari -maret 2000 ringgit sudah dibayarkan gaji basic nya," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)