Ketua Umum Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren se-Indonesia (MP3I), Zaim Ahmad Ma'shoem menyampaikan, pesantren tradisional adalah contoh masyarakat yang toleran. Pada momentum Satu Abad Pondok Pesantren Alhidayat, maka dicetuskan Lasem sebagai kota toleran.
"Beginilah warga Lasem kalau sudah kumpul tidak ada sekat antaretnis, agama," ujar Gus Zaim yang juga pengasuh Pondok Pesantren Putra Alhidayat, Rabu, 14 November 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Gus Zaim menambahkan, toleransi antarumat telah terjadi di Lasem sejak beberapa abad yang lalu. Selain hubungan harmonis antaretnis, suku, dan agama, sudah sejak dulu asimilasi juga sudah terjadi di Lasem.
Hal itu tampak dalam sejarah Lasem ketika perang melawan penjajah. Pasukan Lasem dipimpin seorang adipati Jawa kemudian pimpinan pasukan seorang santri.
"Itu menunjukkan hubungan sangat cair, untuk itulah kami yang saat ini ada di Lasem, hanya mempertahankan dan ingin menunjukkan kepada masyarakat dunia, bahwa kehidupan di Lasem antaretnis, agama, suku sudah sangat cair," kata Gus Zaim.
Pada peringatan Satu Abad Pondok Pesantren Alhidayat, halaqah kebangsaan dihadiri Ketum PBNU Said Aqil Siroj, Moh El-Hosainy Farg Al-Anusy. Hadir juga pendiri EIN Institut Pendeta Tjahjadi Nugroho dan pemuka agama Hindu.
Sementara itu, Bupati Rembang Abdul Hafidz menyampaikan, kerukunan antaretnis dan agama harus dijaga. Kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tentram dan damai yang sudah dibangun tokoh-tokoh bangsa harus dijaga.
"Lasem ini sumber inspirasi di dunia. Jadi tidak salah kalau hari ini dilaksanakan halaqah kebangsaan. Pokoknya kita minta rukun," ujar Hafidz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)