Air yang menggenangi wilayah di antara pegunungan itu berasal dari mata air di Ngreneng. Belakangan, genangan air di wilayah tersebut menyerupai danau yang airnya jernih.
Kepala Dusun Wediutah Diarto mengatakan banjir mulai menggenangi lahan pertanian seluas 30 hektare itu pada Rabu, 29 November 2017. "Ketinggian air kira-kira 20 meter," kata dia di Gunungkidul, Rabu, 6 Desember 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Diarto, mata air di Ngreneng memang terkenal jernih. Bahkan, sebagian orang menyamakan kejernihan air di Ngreneng dengan air kemasan.
"Tapi, genangannya sudah surut sejak kemarin," kata dia.
Setelah banjir surut, lahan pertanian warga tak lagi bisa ditanami. Tanaman padi yang sempat ditanam pun rusak tertutup lumpur setinggi 60 centimeter.
Geolog dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Eko Teguh menjelaskan, fenomena banjir menyerupai danau di Gunungkidul adalah hal biasa. Daerah aliran sungai (DAS) sungai permukaan dan bawah permukaan memiliki karakter yang sama, yakni dari hulu ke hilir.
"Pada sungai permukaan, kalau pasokan air berlebih, debitnya melampaui kemampuan sungai, maka terjadi luapan air atau banjir.
Di sungai bawah permukaan, kalau pasokan air besar, maka luapan dilakukan melalui gua dan ponor. Bisa juga disebut mengikuti hukum bejana perhubungan," jelasnya.
Eko menambahkan, jika semula di hilir ponor dan gua jadi tempat masuk dan jadi tempat keluar air, maka keluarnya air bisa seperti sumur artesis dan menjadi genangan. "Atau cukup permukaan air gua yang berubah menjadi dangkal," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)