Kepala BPBD Kabupaten Jepara, Arwin Nor Isdiyanto, menyampaikan pemetaan daerah berpotensi kekeringan berdasarkan pada prakiraan musim kemarau 2019 di Jawa Tengah. Di mana puncak musim kemarau di Kabupaten Jepara terjadi pada Agustus dengan luasan zona musim sebesar lebih kurang 81,5 persen.
Pada 2018 sebanyak 10.541 jiwa warga Bumi Kartini mengalami kekurangan air bersih. Sebanyak 2,1 juta liter air disalurkan untuk warga yang terdampak.
"Tahun ini sebanyak 23.795 jiwa warga yang berpotensi terdampak kekeringan atau kekurangan air bersih. Tapi yang namanya prediski bisa terjadi, tapi juga bisa tidak," ujar Arwin, Sabtu, 15 Juni 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
BPBD Kabupaten Jepara pada 2018 menyalurkan 426 tangki air bersih. Ratusan tangki air bersih berasal dari 56 tangki didropping oleh BPBD. Serta 340 tangki air bersih dropping oleh swasta, yang bersumber dari dana tanggungjawab sosial perusahaan.
"Pemkab Jepara melalui APBD tahun ini mengalokasikan anggaran Rp22 juta untuk dropping air bersih. Kami juga Merangkul dunia usaha untuk menyalurkan CSR guna mendanai dropping air bersih," kata Arwin.
Desa yang paling banyak menerima dropping air bersih pada 2018 yaitu, Desa Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari. Yakni sebanyak 56 tangki air bersih. Kemudian Desa Raguklampitan Kecamatan Batealit sebanyak 55 tangki. Serta Desa Gelang dan Desa Kunir Kecamatan Keling masing-masing sebanyak 52 tangki dan 49 tangki.
"Setiap tangki berkapasitas 5.000 liter," ungkap Arwin.
Berkaca pada penanganan kekeringan dan krisis air bersih tahun lalu, BPBD Jepara menyiapkan sejumlah langkah untuk menghadapi musim kemarau tahun ini. Di antaranya menyiapkan tenaga dropping, menyiapkan dua truk tangki, 43 set tandon air ukuran 1.000 liter dan 10 set tandon air ukuran 2.000 liter.
(LDS)