Pohon tumbang pada Selasa dini hari, 16 Januaro 2018. Akar pohon tak dapat menahan batang saat angin kencang dan hujan deras menerpa. Pohon berusia ratusan tahun itu pun tumbang.
Batang pohon menimpa bagian belakang rumah utama milik orang tua Kartini. Bangunan itu kini menjadi rumah dinas Bupati Jepara.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Atap bangunan rusak. Tak ada korban dalam kejadian tersebut.
"Saat ini sedang dilakukan pembersihan," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Jepara Pujo Prasetyo.
Pujo menyebutkan akar pohon sudah keropos. Rencananya, pohon itu ditanam kembali di lokasi yang sama.
"Sebab pohon itu memiliki nilai sejarah," ujar Pujo.
Semasa kecil, Kartini tinggal bersama orang tuanya di Jepara. Di rumah tersebut, Kartini bermain bersama saudaranya.
Di bawah pohon itulah, Kartini merenungkan nasib perempuan di sekitarnya. Saat itu, tak semua perempuan Jawa memiliki kesempatan untuk bersekolah. Kartini menilai perempuan Jawa memiliki status sosial yang rendah.
Dengan kemampuan bahasa Belanda, putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat itu menulis surat pada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Ia menyatakan keinginan untuk memajukan perempuan Jawa.
Pada 12 November 1903, Kartini menikah dengan Bupati Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Sang suami memberikan dukungan pada Kartini untuk mendirikan sekolah wanita.
Pada usia 25 tahun, tepatnya 17 September 1904, Kartini wafat. Setelah wafat, surat-surat Kartini dikumpulkan dalam bentuk buku. Buku tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara.
Kelak, Kartini dikenal sebagai perempuan Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita. Negara kemudian memberinya gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Hari lahir Kartini, yaitu 21 April, diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
