Jateng dikenal sebagai provinsi swasembada beras. Sementara jumlah penduduk di Jateng mencapai 35 juta orang.
"Ternyata, menurut data kami, sebanyak 0,03 persen penduduk masih gizi buruk. Angka itu kecil sebenarnya," kata Yulianto di Semarang, Kamis 8 Februari 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Yulianto menegaskan gizi buruk di Jateng akibat penyakit. Misalnya hidrosefalus.
"Jadi asupan gizi kurang optimal dan membutuhkan penanganan khusus," lanjut Yulianto.
Faktor lain, klaim Yulianto, bukan karena kemiskinan. Tapi, pola orang tua memberikan konsumsi yang tidak memenuhi empat sehat lima sempurna.
Misalnya, anak-anak lebih senang makan daging. Orang dewasa juga memiliki kebiasaan itu.
"Harusnya dari kecil sudah biasa makan sayur dan buah. Tidak ada alasan tidak membeli manakan sehat. Sayuran dan buah itu harganya murah dan gampang ditemukan," ungkap Yulianto.
Lantaran itu, lanjut Yulianto, Dinkes meminta orang tua memantau kualitas makanan untuk anak-anak. Petugas juga memberikan sosialisasi mengenai makanan yang sehat pada warga.
Ibu hamil juga harus rutin memeriksakan kandungannya. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan ASI eksklusif.
"Balita juga diawasi terus dengan diadakannya posyandu dan program Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita (PMTAB). Kemudian anak sekolah juga ada program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMTAS)," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
