Tahun 2016, kasus DBD tercatat sebagai puncaknya, dengan jumlah kasus 751. Kemudian di tahun 2018, angka DBD turun drastis.
"Selama 2018 hanya ada 24 kasus, tidak ada penderita yang meninggal dunia," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Purwanti, Minggu, 27 Januari 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sedangkan selama Januari 2019 ini, Purwanti mengatakan, belum ada laporan kasus DBD di Kota Solo, Jawa Tengah.
Peran Jumantik
Penurunan signifikan jumlah kasus DBD di Solo tak lepas dari peran jumantik atau juru pemantau jentik. Jumantik dianggap efektif menekan angka DBD.
Jumantik dibentuk sejak tahun 2015. Tugas jumantik adalah melakukan pemantauan jentik guna pemberantasan sarang nyamuk di tingkat lapisan masyarakat paling kecil.
"Jadi ada program pemantauan jentik yang tak hanya dilakukan koordinator kesehatan tapi juga koordinator jumantik tingkat RW serta pemilik rumah," jelas Purwanti.
Dalam program itu diberlakukan satu rumah warga dipantau oleh satu jumantik.
Pengecekan pemantauan jentik dilakukan melalui lembar pemantauan yang tertempel di depan rumah. "Hasil pengecekan akan cepat ditindaklanjuti jika dianggap perlu," ucap Purwanti.
Sementara Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DKK Efi S. Pertiwi menambahkan, Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) juga perlu diterapkan guna memerangi DBD. Masyarakat juga diminta mewaspadai intensitas hujan yang meningkat dan berdampak pada merebaknya genangan air.
"Tanpa pola hidup sehat upaya pencegahan pun tidak akan maksimal," ungkap Pertiwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DEN)
