Yayasan Lentera sebagai pengasuh ADHA, kini tengah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk membahas hal tersebut.
"Supaya tidak ada diskriminasi buat mereka," kata Ketua Yayasan Lentera, Yunus Prasetyo saat dikonfirmasi, Kamis, 14 Februari 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Yunus menjelaskan, pemerintah memberikan pilihan mengadakan sekolah nonformal bagi mereka. Namun Yunus mengaku lebih memilih agar ADHA tetap mendapatkan hak pendidikan di sekolah formal.
Sebelumnya, para siswa sudah pernah duduk di sekolah lain. Selama tiga tahun di sana, mereka tidak mendapatkan penolakan. "Terpaksa anak-anak belajar di rumah dulu," jelas Yunus.
Yunus kembali mengatakan, penolakan justru datang dari warga di sekitar tempat mereka tinggal. Beberapa kali mereka harus pindah-pindah kontrakan hingga akhirnya dibangunkan rumah singgah oleh Pemkot Surakarta di kawasan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bhakti, Jebres, Solo.
Sementara itu, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengaku telah meminta jajarannya segera menyelesaikan persoalan ini. "Sudah saya minta agar sekolah-sekolah dikumpulkan, lebih baik sekolahnya yang dekat dari rumah," ujar Hadi.
Menurut Hadi, masyarakat memang sulit dipahamkan mengenai keberadaan ADHA. Masyarakat tidak akan tertular HIV/AIDS selama tidak berhubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sama.
"Sebenarnya cara homeschooling paling mudah, tapi nanti ada diskriminasi. Nanti saya carikan sekolah yang dekat," pungkas Hadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DEN)
