Magdalena Diah Utami, seorang warga Yogyakarta yang terinfeksi virus HIV/AIDS namun tetap survive, bersama dua putrinya. (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim)
Magdalena Diah Utami, seorang warga Yogyakarta yang terinfeksi virus HIV/AIDS namun tetap survive, bersama dua putrinya. (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim) (Ahmad Mustaqim)

Delapan Tahun, Ibu dan Anak Ini Hidup dengan HIV

aids
Ahmad Mustaqim • 01 Desember 2015 11:44
medcom.id, Yogyakarta: Menjadi bagian yang terinfeksi HIV/AIDS memerlukan perjuangan yang sangat besar. Belum lagi jika keluarga tercinta juga mengalami hal serupa.
 
Magdalena Diah Utami, 38 tahun, menjadi salah seorang yang terinfeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu. Kisahnya bermula sejak akhir 2007. Kala itu Magda, mendapati putrinya yang masih balita sakit-sakitan. 
 
Putri Magda yang bernama Seraf tersebut mengalami diare kronis, sariawan di mulut yang tak kunjung sembuh. Bahkan Seraf sampai didiagnosa gangguan saluran pencernaan bagian bawah.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Diarenya karena jamur di saluran pencernaan, di samping daya tahan tubuh yang sangat rendah. Untuk kader Posyandu, Seraf sudah berada pada gizi buruk. Sudah banyak gejala penyakit," ucap Magda kepada Metrotvnews.com saat ditemui di kediamannya, di Kampung Suryodiningratan, Kota Yogyakarta, Senin (30/11/2015) petang.
 
Oleh dokter yang memeriksanya, Magda disarankan untuk tes HIV/AIDS. Betapa terkejut ketika Seraf divonis positif HIV stadium empat atau gejala berat. "Saya juga positif HIV," kata Magda.
 
Magda mengaku awalnya tidak berani mengatakan kepada keluarganya jika dirinya dan Seraf terinfeksi virus HIV/AIDS. Bukan hanya tidak berani, Magda juga sampai bingung lantaran sudah merasa ketakutan dan tabungannya habis untuk berobat. Namun akhirnya, Magda tetap memberitahu keluarganya pada akhir 2008.
 
Di luar yang Magda duga, orangtuanya tidak kaget dengan yang dialaminya. "Justru aku kaget, bapak-ibu saya itu tidak syok. Tapi malah bilang, 'Kok enggak cerita dari dulu. Ya sudah, aku (ibu) ngerti kok'," ucap Magda mengisahkan peristiwa delapan tahun silam itu. 
 
Namun, Magda enggan berbagi cerita dari mana ia tertular virus mematikan itu. Magda hanya menuturkan suaminya telah meninggal dua bulan lalu. Yang jelas, dia mendapat dukungan penuh dari keluarga. 
 
Saban hari, Magda dan putrinya yang hingga saat ini berusia delapan tahun, secara rutin mengonsumsi obat tiap pagi dan sore hari.
 
Obat tersebut, kata Magda, berfungsi menghambat perkembangan virus yang ada di dalam tubuh. "Selama delapan tahun ini enggak pernah bosan meminum obat, dan semoga enggak akan bosan," ungkapnya.
 
Selain melakukan konseling dan pengobatan dengan bantuan pemerintah, Magda juga membiasakan hidup sehat. Termasuk mencukupi asupan nutrisi makanan. Saban malam, Magda dan Seraf rajin mengonsumsi jus buah serta sayur yang ditambah dengan satu sendok minyak zaitun.
 
Magda tidak menampik, memang berat untuk mejalani hal itu bertahun-tahun. Meski begitu, ada pelajaran berharga yang bisa keluarganya petik. Selama delapan tahun terinveksi HIV/AIDS, ia dan anaknya masih tetap beraktivitas seperti orang biasa yang dalam kondisi sehat.
 
Malahan, kata Magda, Seraf merasa akibat terinfeksi virus, membuatnya menjadi pintar untuk menjaga kesehatan dengan menghindari jajanan di sekolah yang tidak baik buat tubuh. Ia juga mengaku bersyukur karena putri keduanya, Marry, 2,2 tahun negatif dari virus itu.
 
"Ini lho hasilnya, anak yang dilatih dengan benar. Saya berharap ibu-ibu yang lain juga seperti itu dalam mendidik anak-anaknya. Ketika di luar dianggap HIV/AIDS penyakit mematikan, namun buat putriku bisa membuat dia pintar," jelas Magda yang kini aktif di Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat RS Bethesda Yogyakarta.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif