Seorang warga RT 24/5 Desa Raguklampitan, Jamil, mengatakan sudah dua bulan terakhir dia mandi pagi dan sore di saluran irigasi. Pakain kotor pun dicuci di aliran irigasi yang airnya berwarna keruh tersebut.
"Mulai subuh penuh orang. Pokoknya kalau pagi dan sore selalu ramai, airnya ya begini ini buat mandi, mencuci, memandikan sapi, ya di sini," kata Jamil di tepi irigasi, Desa Raguklampitan, Jepara, Rabu, 10 Juli 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Jamil mengatakan air untuk kebutuhan masak dan minum mengandalkan bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara. Namun menurut Jamil bantuan air tersebut tak bisa diandalkan setiap hari. Bantuan air bersih datang hanya dua kali dalam sepekan.
"Untuk minum dan masak beli," jelas Jamil.
Warga lainnya, Nur Azizah mengatakan krisis air bersih mulai dirasakan pada akhir Mei. Sejak itu warga mulai mandi dan mencuci di sungai atau di aliran irigasi. Bantuan air bersih baru dirasakan warga sejak sepekan terakhir.
"Sudah dua bulan ini air sumur tidak. Kalau untuk minum masak beli, satu jeriken Rp10 ribu. Sehari paling tidak butuh dua jeriken," jelas Nur.
Pantauan Medcom.id, air pasokan BPBD dan swasta ditempatkan di bak-bak yang sudah disiapkan warga maupun BPBD. Warga yang membutuhkan air bersih secara bergantian mengambil air dari tandon-tandon itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DEN)