Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengibaratkan bonus demografi itu sebagai pisau bermata dua.
“Jadi bonus demografi itu bisa menjadi potensi pembangunan bila dikelola dengan baik,” ungkap Surya, saat menghadiri Seminar Kependudukan di Universitas Sebelas Maret, Solo, Rabu, 2 Agustus 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebaliknya, jika tidak disikapi dengan serius, bonus demografi justru akan menjadi bencana kependudukan. “Seperti misalnya pengangguran, kriminalitas dan kemiskinan,” kata dia.
Surya mengakui, kondisi kependudukan Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan. Utamanya dalam hal kompetensi dan karakter tenaga kerja Indonesia.
Dalam hal kompetensi, rata-rata lama bersekolah orang-orang Indonesia adalah 7,8 tahun. “Artinya SMP kelas dua tidak selesai,” katanya. Sedangkan dari sisi karakter pun masih perlu mendapatkan perhatian khusus.
Ia mengatakan penting bagi masyarakat mengetahui kondisi kependudukan melalui literasi kependudukan. BKKBN mengklaim dalam hal ini telah menggandeng beberapa pihak.
“BKKBN melalui Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan bekerjasama dengan Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenag, perguruan tinggi dan lembaga diklat,” katanya. Kerja sama dijalin dengan cara menyebarkan materi kependudukan.
Rektor Universitas Sebelas Maret Ravik Karsidi menjelaskan, Universitas Sebelas Maret telah memberikan materi kependudukan pada mahasiswa melalui mata kuliah wajib. “Sudah ada enam fakultas yang menerapkan pemberian materi kependudukan,” papar dia.
Enam fakultas tersebut yakni Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)