“Untuk hari-hari besar kita menggunakan patokan kalender Sultan Agung yang menggabungkan antara kalender Hijriyah dan kalender Jawa,” ungkapnya saat ditemui dalam perayaan Grebeg Syawal, Minggu (19/7/2015).
Dalam acara ini tak kurang dari 500 orang berbaris, 150 di antaranya berjalan sambil memikul dua gunungan dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta. Mereka terdiri dari pasukan bergada tamtama, musik, prawiro anom, jayeng astro, sorogeni, serta penyutra.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dua gunungan tersebut merupakan gunungan jaler (laki-laki) serta gunungan estri (perempuan). Gunungan jaler terdiri dari hasil bumi berupa sayur-mayur seperti kacang panjang, terong, cabe merah, dan lainnya. Sedangkan gunungan estri terdiri dari berbagai makanan yang telah diolah seperti apem dan rengginang.
Sesampainya di Masjid Agung, dua gunungan tersebut didoakan para ulama. Selanjutnya dalam hitungan detik gunungan jaler langsung ludes diserbu masyarakat yang telah menanti di Masjid Agung. Gunungan estri dibawa kembali ke halaman keraton dan diperebutkan pula oleh masyarakat di sana.
Warga asli Rawamangun, Jakarta, Umar, 31, mengatakan baru pertama kali menyaksikan dan ikut berebut hasil gunungan.
“Meski baru pertama saya tahu kepercayaan orang Jawa bahwa hasil gunungan ini membawa berkah tersendiri,” ungkapnya sambil menunjukkan kacang panjang serta cabe merah yang ia peroleh.
Sedangkan warga Semanggi, Solo, Sugeng Rahayu, 55 berniat ingin menanam biji cabe merah yang didapatnya di depan rumah supaya mendapatkan berkah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)