Hasan, pedagang peci musiman asal Laweyan Solo, mengaku membantu orang tuanya berjalan di pasar dadakan tersebut. Namun, katanya, tak gampang berjualan di pasar itu. Sebab, ia harus pandai-pandai membaca situasi.
"Ada beberapa kloter yang pasti ramai pengantar. Satu calon haji bisa diantar hingga ratusan orang. Kebanyakan kloter-kloter wilayah Pantura. Makanya harus lihat jadwal terus," kata pria berusia 19 tahun itu, Jumat (4/9/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebagian besar pembeli, kata Hasan, tertarik pada peci yang ia jual. "Saya juga jual alat-alat ibadah lainnya seperti tasbih, sorban. Banyak yang minat," ungkap Hasan.
Pedagang pasar dadakan embarkasi lainnya, Munir, bahkan rela menyewa tempat kos di sekitar embarkasi haji selama musim haji ini. “Sebab kan rumah saja jauh, di Semarang. Tapi memang tiap tahun, setiap musim haji tiba berjualan disini,”ungkapnya
Wingko Babat menjadi produk yang ia pilih sebab makanan ini tidak dijumpai di semua daerah. “Ini kan makanan khas. Banyak yang beli untuk oleh-oleh. Satu hari bahkan saya bisa menjual ludes 6.000 bungkus wingko babat,” ungkapnya. Dari dagangannya, menurut Munir, ia dapat memperoleh hingga 4 juta rupiah setiap hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)