"Bisa saja kita tidak membutuhkan (bangunan) museum," kata Kepala Seksi Warusan Budaya Dinas Kebudayaan DIY Ruly Adriadi di Yogyakarta, Senin 30 Oktober 2017.
Ruly menjelaskan, situs Gua Braholo secara tak langsung sudah menjadi museum terbuka atau site museum. Menurutnya, konsep site museum telah banyak dipakai di berbagai negara.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
(Baca: Tulang Diduga Manusia Modern hingga Gajah Asia Ditemukan di Gua Braholo)
Menurut Ruly, benda-benda bersejarah di situs Gua Braholo bakal dipajang di kawasan sekitar gua. Namun, ia belum bisa memastikan kapan benda-benda bersejarah itu akan dipasang.
"Sekarang masih melakukan pendokumentasian. Tahun depan kira-kira baru bisa diketahui kami posisikan di mana benda-benda itu," katanya.
Pendokumentasian temuan di Gua Braholo, lanjut Ruly, menggunakan laser scanner faro atau alat perekam tiga dimensi. Alat ini bisa merekam secara akurat hampir seluruh seluk beluk gua.
Saat proses perekaman, laser scanner faro dipasang di 22 titik. Setiap titiknya memakan waktu 11 menit untuk merekam.
(Baca: Situs Temuan Tulang di Gua Braholo Direkam Tiga Dimensi)
Sebelumnya, sejumlah arkeolog dari Arkeologi Nasional (Arkenas) menemukan tulang diduga tulang manusia modern, serta gajah Asia di situs Gua Braholo. Temuan itu diketahui setelah dilakukan penggalian beberapa titik di Gua Braholo.
Ekskavasi di Gua Braholo sudah dilakukan sejak 1996 hingga 2001. Saat itu, sudah ditemukan berbagai benda dan kerangka manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)