"Karena, ketiga penyakit itu sama-sama disebarkan dari nyamuk," ujar peneliti utama Eliminate Dengue Program (EDP) Prof Adi Utarini usai pelepasan telur nyamuk berwolbachia di Museum Diponegoro Kota Yogyakarta, Rabu (31/8/2016).
Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO), kata dia, telah merekomendasikan pelepasan nyamuk berwolbachia di Brazil yang menjadi endemi virus zika.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Namun, masih perlu penelitian dan invoasi lanjutan untuk mengimplementasikan secara masif. Ia berharap penemuan tim EDP Global ini bisa diterapkan di Indonesia dan diadopsi dalam program pemerintah.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Muhammad Dimyati menyambut positif kemungkinan pengurangan virus zika. Namun, perlu hati-hati dalam penerapan program ini.
"Penelitian yang berhasil itu belum pernah dilakukan di Indonesia. Walaupun di Australia penelitian memungkinkan bisa menekan zika. Tapi kita harus mempertimbangkan aspek kehati-hatian," tuturnya.
Ia mendorong para peneliti mencoba meneliti nyamuk berbakteri wolbachia di wilayah yang diduga ada virus zika.
"Pemerintah sangat terbuka pada penelitian nyamuk ber-wolbachia menekan zika di wilayah endemi. Misalnya, di suku anak dalam Jambi. Jika berhasil, program ini dapat disebar secara masif ke daerah Indonesia lainnya," pungkasnya.
Sebagai informasi, bakteri wolbachia dalam tubuh nyamuk aedes aegepty mampu menekan virus dengue dalam tubuh nyamuk.
Jika nyamuk betina berwolbachia kawin dengan nyamuk jantan nonwolbachia, akan menghasilkan telur nyamuk berwolbachia. Sehingga, virus dengue dan chikungunya tak bisa berkembang dalam tubuhnya.
Sementara jika nyamuk jantan berwolbachia kawin dengan nyamuk betina nonwolbachia, tak dapat menetaskan telur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)