“Sekarang jalan yang paling mudah mencari anggota adalah melalui media. Kalau dulu pola rekrutmen dari pintu ke pintu seperti hubungan persaudaraan, sekarang melalui media,” ujar Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris usai memberikan materi dalam Workshop Media tentang Isu Kekerasan dan Radikalisme di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (7/10/2016).
Menurut Irfan, pola perekrutan menggunakan sarana internet lebih mudah dan bersifat borderless atau tanpa batas. “Tidak sedikit pelaku teroris setelah kita cari tahu dari mana, ya lewat media internet saja dia belajar,” imbuh dia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Irfan mencontohkan pada kasus bom di Mapolresta Cirebon yang terjadi pada 15 April 2011. Menurut dia, pelaku mempelajari tekni-teknik pengeboman melalui situs-situs internet. “Perlu adanya situs yang lebih kuat dan lebih moderat untuk mengimbangi situs-situs tersebut,” ujar dia.
Karena itu, untuk mencegah pola radikalisme tersebut, BNPT tengah menguatkan strategi kontra narasi, seperti memperbanyak tulisan pakar-pakar untuk mengimbangi. Selain itu, Irfan menilai media masa juga memiliki peran penting dalam melawan peredaran radikalisme di media sosial.
“Kalau secara masif itu dapat dilakukan, saya kira radikalisme tidak perlu dicabut. Jika dicabut, patah satu tumbuh seribu. Yang harus dilakukan adalah bagaimana masyarakat memperkuat imunitas anak-anak, generasi muda untuk memiliki pencerahan bagaimana hidup berbangsa, bernegara dan beragama,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(AZF)