Kepala BMKG DIY Tony Agus Wijaya mengatakan, masyarakat Yogyakarta beruntung bisa menikmati fenomena langka ini walau hanya sebagian. Fenomena yang terakhir terjadi pada tahun 1983 bisa terlihat di seluruh kabupaten dan kota di DIY pada Rabu pagi.
"Fenomena akan terlihat mulai pukul 06.20-08.35 WIB. Puncak gerhana terjadi sekitar pukul 07.23 WIB," ujarnya melalui sambungan telepon di Yogyakarta, Senin (22/2/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Saat Gerhana terjadi, matahari yang bersinar terang perlahan akan tertutup oleh bulan. Pada puncaknya nanti 83 persen bagian Matahari akan tertutup lempengan bulan sehingga menjadi gelap. "Di Yogyakarta, matahari perlahan tertutup oleh bulan dari sebelah kiri arah pengamat. Hingga puncaknya matahari akan gelap berbentuk seperti sabit. Durasi gerhana matahari dari awal sampai akhir sekitar 2 jam 15 menit," ujarnya.
Ia menegaskan fenomena gerhana matahari tidak berbahaya dan bisa disaksikan masyarakat. Namun masyarakat diminta tidak menatap matahari secara langsung, atau tanpa ada alat bantu.
"Jangan menatap langsung untuk menghindari gelombang dan radiasi berbahaya dari matahari. Bisa pakai kacamata yang menangkal gelombang radiasi atau pakai alat lubang jarum. Jangan melihat pantulan air di baskom. Karena masih ada radiasinya," tuturnya.
Untuk bisa menikmati momen langka, pihaknya akan menggelar kegiatan nonton bareng gerhana matahari di Tugu Yogyakarta. Masyarakat akan diajak menikmati kejadian langka tersebut melalui teropong yang sudah dihubungkan dengan layar televisi.
"Mari masyarakat melihat bersama-sama. Kami akan ajak komunitas pecinta astrologi, Pemkot Yogya, Taman Pintar dan masyarakat umum untuk menyaksikan bersama-sama kejadian langka ini. Masyarakat bisa saksikan langsung lewat teropong juga," kata dia.
Akan ada sekitar lima sampai enam teropong yang disiapkan untuk melihat fenomena tersebut. "BMKG menyiapkan satu teleskop. Dari Taman Pintar 4-5 buah teropong," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)
