Dari 23 tersebut, hanya 8 PO bus yang aktif. "Artinya hanya 9 persen PO yang aktif," ungkap Koordinator Terminal Tipe A Tirtonadi Eko Agus Susanto, 6 Juni 2017.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang memilih membeli tiket langsung ke PO bersangkutan. Sehingga dimungkinkan kursi bus telah penuh terisi sebelum sampai ke Terminal Tirtonadi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Eko menerangkan, tidak ada jaminan mendapatkan kursi bagi masyarakat yang membeli tiket dengan sistem e-ticketing di Terminal Tirtonadi.
"Mislnya saya beli tiket ke Surabaya. Logikanya saya harus ada tempat duduk kalau e-ticketing. Tapi kalau dari Yogyakarta sudah full, kan, repot karena masih banyak yang beli di PO bus," terangnya.
Tak hanya itu, kendala teknis lainnya yakni belum semua terminal di Indonesia menerapkan sistem ini. "Idealnya semua terminal terkoneksi seperti ini," kata dia.
SOTO, lanjut Eko, saat ini berada di bawah pengelolaan DPP Organda. Mengingat baru ada 9 persen PO yang aktif dalam sistem ini, ia mengusulkan adanya ketegasan dari Organda dan Kementerian Perhubungan sebagai wadah dari PO-PO tersebut.
"Harus duduk bersama, buat kesepakatan bersama. PO bus harus gabung semua, dan semua terminal terkoneksi seperti ini," tutur Eko.
Seperti diketahui, sistem SOTO di Terminal Tirtonadi beroperasi sejak Desember 2016. Berdirinya SOTO dilatarbelakangi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Bus.
Penumpang bus dapat memesan tiket bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) berbagai tujuan di loket khusus ini. Syaratnya, PO bus harus telah terkoneksi dengan sistem ini. Pembeli tiket di loket ini akan mendapatkan kertas dilengkapi dengan barcode boarding pass.
Loket SOTO juga dilengkapi dengan delapan layar informasi yang menampilkan jadwal keberangkatan bus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)