Sejumlah angkutan kota di Semarang sepi penumpang -- MTVN/Mustholih
Sejumlah angkutan kota di Semarang sepi penumpang -- MTVN/Mustholih (Mustholih)

Sopir Angkot Semarang: Lebih Baik Kita Dibunuh Saja Sekalian!

angkutan umum
Mustholih • 07 Juli 2017 14:13
medcom.id, Semarang: Sejumlah sopir angkutan kota (angkot) di Semarang, Jawa Tengah, setengah hati menjalankan kewajiban memasang mesin pendingin udara (air conditioner) di kendaraan mereka. Apalagi, mereka harus merogoh kocek sendiri untuk pemasangan AC.
 
"Kalau ada subsidi boleh. Kita diapa-apakan boleh asal ada subsidi. Kalau tidak disubsidi, lebih baik kita dibunuh saja sekalian," kata Timbul, sopir angkot dengan trayek Terminal Penggaron-Pasar Johar, kepada Metrotvnews.com saat sedang mangkal di Jembatan Mberok, Semarang, Jawa Tengah, Jumat 7 Juli 2017.
 
Menurut Timbul, pemasukan sopir angkot di Semarang sudah goyang sejak moda transportasi bus rapid transit (BRT) 'menginvasi' lahan mereka. Jasa transportasi online pun disebut-sebut kian menggerus pendapatan mereka yang sudah tipis.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Apalagi sekarang ada ojek dan taksi online. Mereka tidak punya trayek, tapi bisa angkut penumpang di mana-mana," ujar Timbul.
 
(Baca: Keluhan Berbuah Manis, Angkot Ini Gratis Pasang AC dari Kemenhub)
 
Teman Timbul yang sama-sama berprofesi sebagai sopir dengan trayek Terminal Penggaron-Pasar Johar, Slamet Budiarto, menilai kebijakan pemerintah terkait jasa transportasi sudah kelewat memberatkan. "Kemarin kita dikejar-kejar peremajaan. Sekarang harus pasang AC. Berat kalau tidak ada subsidi," ujarnya.
 
Padahal, lanjut Slamet, pendapatan sopir angkot selain untuk menunjang kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, juga harus disalurkan untuk melunasi kredit kendaraan ke koperasi. "Kita dituntut peremajaan. Mobil keluaran 2004 sudah di-blacklist, kalau perpanjangan trayek hanya dikasih satu tahun. Peremajaan itu minimal mobil 2011. Itu saja yang paling tua," jelasnya.
 
Berbeda lagi dengan Edi Haryanto, sopir angkot dengan trayek Pasar Johar-Genuk, yang mengaku belum mendengar adanya aturan angkot ber-AC. Baginya, kewajiban pasang AC untuk angkot jelas tidak menguntungkan.
 
"Sekarang keadaan sepi. Peremajaan tahun ini aja pada tidak mampu. Kalau harus pasang AC, jelas tidak menguntungkan, pengeluaran jadi bertambah," kata pria yang berprofesi sebagai sopir angkot sejak 1991 ini.
 
Edi Haryanto mengaku, pendapatan bersih sopir angkot seharinya hanya Rp30 ribu sampai Rp40 ribu. Ia menuding, ojek dan taksi online banyak menggerus pemasukan sopir angkot di Semarang.
 
"Setoran kadang juga enggak dapat. Subuh sampai sore," ungkap Edi.
 
Ketentuan angkot harus ber-AC lahir dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek. Ketentuan ini mewajibkan seluruh angkot harus ber-AC paling lambat Februari 2018.
 
(Baca: Menhub Sebut Aturan Penggunaan AC untuk Angkot sebagai Imbauan)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(NIN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif