Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya Disbud DIY, Dian Laksmi Pratiwi mengatakan sebelum eskavasi berlangsung, Disbud sudah melakukan pencarian lokasi penanda adanya keraton, benteng, puing keraton dan Sitihinggil dengan menggunakan peta Belanda. Upaya itu sudah dilakukan selama 12 tahun.
"Kami sudah menemukan dimana lokasi benteng dan keratonnya berada," kata Dian kepada Metrotvnews.com di Yogyakarta, Rabu 1 Maret 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebelum digali, Disbud membeli lahan warga yang di dalamnya diduga ada puing-puing bekas keraton purbakala. Pembebasan lahan dilakukan bertahap sejak 2014. "Tahun 2014 kami bebaskan 600 meter. Tahun 2015 sekitar 7 ribu-9ribu meter. Tahun ini proses ekskavasi," ujar Dian.
Menurut Dian, sejumlah titik sudah mulai digali. Puing-puing dan benda-benda bersejarah yang ditemukan nantinya akan dikumpulkan ke Museum Purbakala di Dusun Kedaton, Pleret.
"Kami mau situs Pleret nantinya menjadi taman purbakala seperti di Kota Gede," pungkasnya.
Di wilayah ini dulunya ada keraton Plered, keraton itu dibangun oleh raja Mataram Amangkurat 1. Raja Amangkurat 1 memindahkan keraton lama di Karta ke wilayah Plered sekitar tahun 1614-1622. Berbagai fasilitas seperti Benteng, Masjid Agung dan alun-alun turut dibangun disekitar Keraton.
Namun, sejak Raja Amangkurat II berkuasa, ia kembali memindahkan kraton ke Kartasura. Keraton Plered pun ditinggalkan pada 1680.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)
